Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rumah Bidadari

18 Mei 2017   14:33 Diperbarui: 18 Mei 2017   14:39 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah selalu menarik tanganku setiap kali aku berdiri berlama-lama menatap deretan rumah yang berjejer rapi itu. Deretan rumah yang letaknya agak tersembunyi tak jauh dari kampung tempat tinggal kami. Rumah-rumah yang modelnya sama dan bercat seragam.

“Kris! Ayo pulang!” Ayah menghentak lenganku, membuatku mengikutinya dengan langkah tersuruk.

“Sebenarnya itu tempat apa, Ayah?” aku tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya.

“Itu rumah para bidadari, Kris.” Ayah menyahut setengah hati.

“Maksud Ayah penghuninya para bidadari?”

Ayah mengangguk.

“Aku ingin melihatnya, Ayah. Sekarang!”

“Tidak boleh Kris! Penglihatanmu bisa buta jika kau memaksa masuk ke sana,” suara Ayah meninggi. Aku mengernyitkan dahi. Bermacam pertanyaan timbul tenggelam dalam benakku. Aku nyaris membuka mulut ingin bertanya lagi ketika sekelebat kulihat wajah Ayah mengeras. Membuat bibirku mendadak---bungkam.

***

Rumah bidadari. Istilah itu melekat erat dalam pikiranku, sekaligus menyisakan tanda tanya cukup besar. Benarkah ada bidadari yang tinggal di bumi ini? Bukankah di dalam buku dongeng yang kerap kubaca, para bidadari itu lebih suka tinggal di kahyangan?

Penglihatanmu bisa buta jika kau memaksa masuk ke sana. Oh, mengapa Ayah berkata demikian? Bukankah para bidadari itu cantik jelita? Bagaimana mungkin kecantikan membutatakan mata? Kukira menyegarkan mata itu jauh lebih masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun