Tanpa memedulikan pertandingan bola yang sedang berlangsung seru, Jim melompat menyambut kedua tamu istimewa itu.
“Sir, saya Jim,” laki-laki itu mengulurkan tangannya.
“Senang bertemu Anda, Tuan Jim!” Sherlock Holmes tersenyum seraya membalas uluran tangan Jim. Hitler, seperti biasa berdiri dengan wajah kaku. Meski akhirnya ia mengulurkan tangannya juga.
“Nyonya Jim?” Sherlock Holmes beralih menatap Dee. Dee mengangguk. Wajahnya yang manis berseri-seri.
“Kami sudah menyiapkan kopi untuk Anda berdua, Tuan-tuan,” Dee berkata dengan riang.
***
Sherlock Holmes memilih duduk di kursi sebelah kanan berdampingan dengan Hitler. Sementara Jim dan Dee duduk di kursi yang terletak berseberangan. Kedua tamu dan tuan rumah duduk berhadapan dibatasi oleh satu meja.
Di luar udara sangat cerah. Rembulan bulat penuh mengambang di langit. Sesekali dewi malam itu mengintip keempat orang yang tengah asyik berbincang dari balik kaca jendela.
“Silakan diminum kopinya,” Dee mempersilakan kedua tamunya untuk mencicipi kopi yang disuguhkan. Sherlock tampak gembira. Tangan kurusya terulur. Mengambil kopi yang letaknya tepat di hadapan Jim. Dee terbelalak.
“Tuan Holmes! Kopi Anda yang itu...” Dee menunjuk ke arah cangkir yang terletak tepat di hadapan laki-laki bertubuh kurus itu.
“Saya hanya menyesuaikan daya jangkau dengan ukuran lengan saya, Nyonya,” Sherlock Holmes tertawa.