"Tunggu, kau belum menceritakan apa-apa padaku," Dermaga menahannya.Â
"Oh, tentang Fred? Baiklah."
***
Ini senja di penghujung bulan. Dermaga masih menunggu. Tapi hingga matahari lenyap di peraduan, kekasih mungilnya itu tak kunjung datang. Dermaga mulai gelisah.
Dermaga nyaris menutup mata ketika tiba-tiba muncul sosok mungil dari kejauhan. Itu Amoret! Mengapa ia datang sepetang ini?
Tak ada keranjang pulm di tangannya. Tak ada lompatan lincah dari kakinya yang riang.
Amoret tampak berduka. Angin tak berani meriapkan rambutnya. Semua terdiam. Menunggu gadis itu mengatakan sendiri apa yang telah terjadi.
"Fred meninggalkanku," Amoret berbisik lirih. Matanya yang indah meredup. Satu mata yang berwarna biru mengeluarkan butiran bening. Jatuh menitik di atas air.
Amoret menangis.
"Kebun pulm telah digusur. Aku tak memiliki tempat lagi."
"Kau boleh tinggal di sini, bersamaku," Dermaga membisikinya.