Kisah sebelumnya http://fiksiana.kompasiana.com/elfat67/100harimenulisnovelfc-24-sang-pelarian_571d5497367b6151048b4587
Aku melihat wajah Nenek memucat pasi. Tubuh rentanya gemetar. Kupapah ia menuju kursi di ruang tengah. Tiga adik Cinta merubungnya.
"Kakak, Nenek kenapa?" tanya Sandra, adik terkecil Cinta.
"Kalian jaga Nenek sebentar, ya. Kakak ambilkan minum dulu," aku beranjak menuju dapur dan menuangkan segelas air putih ke dalam gelas.Â
"Nenek minumlah," ujarku. Perempuan tua itu meraih gelas dari tanganku. Ia meneguk isinya sedikit.
"Setelah Fatima, sekarang Cinta," Nenek bergumam sedih seraya menatapku. Mulutku tak bisa menjawab apa-apa. Hanya batinku yang bergejolak. Mengapa aku tak mampu mencegah semua kejadian ini?Â
Kupandangi tiga sosok mungil yang masih berdiri di hadapan Nenek. Wajah-wajah polos mereka membuatku trenyuh. Kini pikiranku terbelah. Mana yang harus kulakukan terlebih dulu? Mencari Bunda Fatima, Cinta, atau menjaga Nenek dan ketiga bocah ini?
Â
***
"Nak, bisakah kamu membantu mencari Fatima dan Cinta?" suara Nenek menyadarkan kebingunganku.
"Akan saya lakukan, Nek. Tapi... saya juga mengkhawatirkan keselamatan Nenek dan adik-adik ini."