[caption caption="Ilustrasi: cornerstonesforparents.com"][/caption]Kisah sebelumnya Â
Usai pamit kepada pemilik rumah kontrakan, Cinta menggamit lengan si kecil. Wajah cantiknya tampak murung.Â
"Rama, kita pulang saja ke rumah Nenek," ia menoleh ke arahku. Aku mengangguk.Â
Sepanjang perjalanan gadis itu hanya terdiam. Langkahnya sesekali tersandung. Â
Hari sudah hampir gelap ketika kami tiba di rumah Nenek. Mata Cinta seketika terbelalak begitu berdiri di ambang pintu. Ia berhambur masuk ke ruang tamu ketika melihat seorang laki-laki tengah berbincang dengan neneknya.
"Papa! Mana Mama? Papa sembunyikan di mana Mama?" gadis itu langsung memberondong dengan pertanyaan begitu tahu laki-laki itu adalah ayahnya.Â
"Apa maksudmu?" laki-laki itu menatap Cinta tajam. Lalu mendadak sontak pandangannya beralih ke arahku.
"Kamu lagi? Dasar pemuda tak tahu diri!" umpatnya geram. Aku berusaha menahan diri agar tidak terpancing kata-katanya.
"Papa! Kembalikan Mama!" Cinta mulai menangis.Â
"Kamu menuduh Papa menyembunyikan Mama kamu?" laki-laki itu mengangkat alisnya.
"Papa boleh mengambil semua barang-barang yang Papa mau. Tapi jangan sakiti Mama!" Cinta semakin terisak.