"Oke, tunggu aku, Gie. Kita akan bersama-sama menemui Rhein."
Â
***
Seharusnya setiap pertemuan dengan orang yang kita cintai itu membahagiakan. Tapi tidak bagi Nugie. Kondisi Rheinara yang terikat membuat keceriaan wajahnya seketika sirna. Binar matanya yang tadi sempat kulihat kini tak ada lagi.
"Apa yang terjadi pada Rheinara-ku, Dokter? Mengapa kaki dan tangannya mesti diikat?" ia bertanya gemetar.
"Kami harus melakukannya. Jika tidak ia akan terus berontak dan mengamuk. Ia mengalami Multiple Personality Disorder," Dokter Jalal menjelaskan.
"Penyakit apa itu, Dokter? Semacam gangguan jiwakah?" Nugie menatap Dokter Jalal cemas.
"Ia tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan. Coba mendekatlah. Temui dia," Dokter Jalal mengajak kami menghampiri Rhein.
"Rheinara, ada tamu untukmu...." Dokter Jalal membangunkan Rhein.
"Siapa? Nina?" Rheinara membuka matanya. Nugie mendekat. Ia menyentuh wajah Rhein dan menciuminya.
"Rhein, ini aku, Nugie...."