Mohon tunggu...
elfas khofin
elfas khofin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unair

hai

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pemeriksaan Radiografi Genu AP dan Lateral Pada Kasus Dislokasi

22 Juni 2024   23:35 Diperbarui: 22 Juni 2024   23:43 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMERIKSAAN RADIOGRAFI GENU AP DAN LATERAL PADA KASUS DISLOKASI Kelompok 5 Kelas 2A Teori Amanda Aulia Putri 1), Fazia Aulora Widodo 2), Priantika Avrilina Paramarta 3), Asti Pangestu 4), Elfas Khofin Maulaya 5) 

ABSTRAK 

The procedure of radiographic examination of the genu in clinical dislocation uses anteroposterior and lateral projections. The purpose of this article is to find out what are the procedures and roles of each projection, as well as the anatomical aspects that need to be evaluated. To perform the genu examination, tools and materials such as x-ray plane, computer, cr reader, 24x30 cassette, marker, and operator console are required. Before starting the examination, make sure the room temperature is below 25 C. Patient preparation, which includes full name, date of birth, address, and clinical indication of the examination. Ensure that the patient has removed any metal objects from the area to be examined. Then, positioning the patient, positioning the object, setting up the tube to the anatomical aspects that should be visible. 

PENDAHULUAN 

Teknik pemeriksaan radiografi merupakan sebuah pemeriksaan yang dilakukan dengan pengambilan citra yang memanfaatkan radiasi dari pesawat sinar-x. Sinar-x merupakan salah satu jenis radiasi pengion yang pemanfaatannya perlu memperhatikan prinsip proteksi radiasi untuk mencegah munculnya dampak buruk yang dapat ditimbulkan. Pemeriksaan radiografi bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kelainan atau kondisi abnormal yang terjadi di dalam tubuh pasien (1). Untuk mendapatkan hasil citra yang sesuai dan berkualitas diperlukan pemosisisian pasien yang tepat. Hasil citra yang sesuai dan berkualitas baik akan meningkatkan keakuratan diagnosis sehingga pasien mendapatkan penangaan lanjutan yang tepat. Teknik pemeriksaan radiografi genu merupakan salah satu pemeriksaan pada ekstremitas inferior dengan menggunakan pesawat sinar-x. Genu merupakan sendi kompleks yang terdiri dari sendi femorotibial antara kondilus femur dan kondilus tibia, serta sendi patelofemoral antara patella dan distal femur pada bagian anterior (2). Pada pemeriksaan radiografi genu menggunakan proyeksi rutin AP (anteroposterior) dan lateral dengan indikasi klinis seperti fraktur, dislokasi dan lesi (3). Dislokasi lutut merupakan cedera yang jarang terjadi, namun apabila terjadi akan menyebabkan kerusakan yang cukup parah. Penyebab dari dislokasi pun beragam mulai dari trauma hantaman dengan frekuensi tinggi, kecelakaan kendaraan, maupun cedera saat berolahraga. Melihat dari pentingnya peran dari lutut dan berisi sendi yang cukup kompleks tentunya dislokasi dapat menyebabkan cidera ligamen yang cukup parah (4). Dalam beberapa kasus seringkali dislokasi pada lutut dalam citra radiografi terlihat normal dan tanda-tanda klinis yang minimal sehingga perlu menghasilkan gambaran citra semakmisal mungkin untuk menghindari kesalahan diagnosis dan potensi komplikasi yang membahayakan (5). 

METODOLOGI

 Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan radiografi genu di laboratorium RSKI Universitas Airlangga meliputi pesawat sinar-x radiografi yang digunakan untuk pemeriksaan radiologi untuk mendiagnosis (6). Komputer untuk memasukkan data pasien dan mengedit hasil citra yang akan dicetak. Image Receptor (IR) berukuran 24 x 30 cm yang berfungsi untuk menyimpan energi sinar-x (7). Computed Radiography (CR) reader untuk memproses IR (8). Operator console yang dilengkapi dengan x-ray hand switch yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan listrik, mengendalikan tegangan tabung, mengatur arus tabung, dan mengendalikan waktu paparan (9). Marker radiografi sebagai penanda objek kanan atau kiri. Apron timbal untuk melindungi pasien dari paparan radiasi pengion pada area yang tidak diperiksa (10). Dosimeter perorangan untuk pemantauan pekerja di medan radiasi. Sebelum memulai pemeriksaan Genu AP dan Genu Lateral, kita harus memastikan bahwa ruangan sudah siap digunakan dengan suhu di bawah 25 derajat Celcius. Persiapan pasien, yang mencakup nama lengkap, tanggal lahir, alamat, dan indikasi klinis pemeriksaan, adalah langkah selanjutnya yang harus dilakukan. Pastikan bahwa pasien telah melepaskan objek logam dari area yang akan diperiksa. Kemudian, letakkan pasien di posisi supine (tidur terlentang) dan letakkan kaset 24x30 di bawah genu atau lututnya. Atur FFD pada 100 cm. Posisikan CP (Central Point) pada pemeriksaan Genu Lateral dan Genu AP pada 1,25 cm distal Apex Patella. CR (Central Ray) harus tegak lurus dengan IR (Image Receptor). Tempatkan FFD (Focus to Film Distance) dengan ukuran 100 cm. CP (Central Point) pada pemeriksaan Genu AP dan Genu Lateral adalah pada 1,25 cm distal Apex Patella. Tempatkan CR (Central Ray) tegak lurus di hadapan IR. Untuk pemeriksaan ini, atur kV antara 50-55 dan mAs 5. Letakkan tanda (R/L) di tempat yang akan diperiksa dan lakukan eksposure. Data pasien dimasukkan ke dalam komputer sembari menunggu radiasi hambur. Setelah itu, proses IR pada CR Reader dan periksa hasil evaluasi citra, menambahkan anotasi dan pengeditan jika diperlukan (11) 

HASIL 

a) Hasil Citra Genu AP normal
a) Hasil Citra Genu AP normal

b) Citra Genu Lateral Normal  gambar
b) Citra Genu Lateral Normal  gambar
Gambaran diatas menunjukkan hasil citra radiografi yang memperlihatkan genu nampak normal. Pada proyeksi genu AP atau Antero-posterior dilakukan tanpa penyudutan dengan central ray tegak lurus sehingga menghasilkan space pada sendi lutut atau genu joint tidak terbuka secara maksimal (12). Selain itu, adapun proyeksi lateral yang memiliki tujuan untuk menampilkan sendi lutut pada aspek lateral dan untuk mengevaluasi apakah terdapat penyempitan sendi antara patella dengan femur yang pada saat proyeksi AP mengalami superposisi, maupun perubahan posisi pada patella (13).  

c) Citra Dislokasi Genu AP
c) Citra Dislokasi Genu AP
 

d) Citra dislokasi Genu Lateral 
d) Citra dislokasi Genu Lateral 

Nyeri lutut anterior adalah gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Salah satu penyebab nyeri lutut anterior adalah dislokasi patela. Para peneliti telah menemukan bahwa struktur ekstremitas bawah juga dapat berkontribusi pada terjadinya dislokasi patela (14). Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Menurut International Asso-ciation for Study of Pain (IASP), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggam-barkan kondisi terjadinya kerusakan (15). Sendi patellofemoral membutuhkan dukungan dari otot, ligamen, dan tulang untuk tetap stabil dan berfungsi dengan baik. Dislokasi biasanya terjadi saat gaya rotasi bersamaan dengan kontraksi otot paha depan. Tulang, otot, dan ligamen memiliki kecenderungan untuk dislokasi, meskipun tidak ada satu faktor yang menyebabkan dislokasi lebih sering daripada yang lain. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang radiologi, dan riwayat keluarga. Fraktur osteokondral dapat ditemukan pada dislokasi patela akut melalui pemeriksaan radiografi yang cermat. Pandangan khusus dan imajinasi lebih lanjut terutama ditunjukkan pada orang yang mengalami gejala berulang. Dislokasi akut biasanya tidak diobati. Dislokasi patela akut dilakukan melalui pembedahan jika terdapat fraktur osteokondral yang signifikan atau fragmen intra artikular. Penataan kembali jaringan lunak dan tulang dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mengatasi dislokasi berulang (16). Dislokasi atau subluksasi lutut biasanya memerlukan diagnosis yang akurat karena memungkinkan adanya kesalahan diagnosis pada saat terjadinya trauma, terutama jika tidak ada cedera neurovaskular, yang biasanya memerlukan perawatan bedah karena adanya trauma parah menyamarkan dislokasi dan tingkat keparahan cedera selalu mengarah pada diagnosis dini (17). 

PEMBAHASAN 

Pada klinis dislokasi, masing-masing proyeksi mempunyai tujuan dalam menampakkan informasi anatomi pada genu. Prosedur pemeriksaan radiografi dua proyeksi yang secara rutin diambil dan terus berkembang, yaitu antero-posterior dan lateral (18). Dislokasi femorotibialis merupakan cedera pada ekstemitas bagian bawah yang jarang terjadi, namun bisa dialami akibat aktifitas yang berlebihan seperti olahraga tertentu. Pada dislokasi lutut akut, pemeriksaan harus difokuskan pada penilaian denyut nadi pada distal ekstremitas bawah dan diikuti oleh rontgen lutut dengan proyeksi anteroposterior (19). Pada hasil proyeksi AP dan lateral pasien yang mengalami dislokasi, jarak antara tepi femoral component dan proksimal tibialis secara signifikan lebih besar. pada lutut posisi fleksi sebesar 2.6 mm dan pada posisi ekstensi 1.6 mm. Semua dislokasi terjadi secara medial dengan bantalan sublukasi diatas tibialis wall. Semakin jauh tepi femoral component dari tibialis wall, maka besar kemungkinan bantalan tersebut mengalami dislokasi (20). Tujuan dibuat proyeksi AP adalah untuk memvisualkan celah femorotibial joint yang terbuka, sedangkan tujuan proyeksi lateral untuk menampilkan celah patellofemoral joint dan sendi lutut dalam aspek lateral. Proyeksi tersebut membuat pasien merasa lebih nyaman karena tidak perlu meminta pasien menggerakkan lutut secara berlebihan. Selain itu, proyeksi tersebut dapat digunakan untuk membandingkan anterior dan lateral pada knee joint (21). Evaluasi pada kriteria anatomi ditetapkan untuk mendapatkan kendali kualitas yang baik. Dapat dikatakan True AP view ketika aspek anterior dan posterior margin pada tibial plateu saling superimpose. sedangkan true lateral view dapat dikatakan ketika margin posterior kondilus femoralis medial dan lateral saling superimpose (22). Dari hasil citra genu dengan proyeksi AP dan lateral yang telah diambil dapat diketahui perbedaan hasil citra genu yang normal dan yang mengalami dislokasi. Pada proyeksi AP normal terdapat jarak antara distal femur dan proksimal tibia yang merupakan bantalan agar tulang tidak saling bergesekan serta patella terlihat saling bertumpukan (superimposisi) dengan distal femur, sedangkan pada proyeksi AP dengan kasus dislokasi terlihat pergeseran tulang pada Tibia dan fibula sehingga terlihat saling menumpuk atau superimposisi dan patella terlihat berada di samping distal femur yang menjadi indikasi adanya dislokasi pada genu. Pada hasil citra dengan proyeksi lateral pada genu normal dapat dilihat patella berada disamping distal femur sedangkan tulang tibia dan fibula terlihat menumpuk pada bagian atas (superior) dan tidak ada jarak antara keduanya, sedangkan pada proyeksi lateral dengan kasus dislokasi terlihat tulang tibia dan fibula hanya sedikit bertumpuk pada bagian atas dan hasil proyeksi menunjukkan adanya jarak antara tulang tibia dan fibula yang menjadi indikasi adanya dislokasi. 

KESIMPULAN

Pemeriksaan radiografi genu dengan proyeksi AP dan Lateral mempunyai beberapa aspek yang harus disiapkan dan dipenuhi. Aspek pemposisian pasien, aspek pemosisian objek aspek proteksi dari radiasi pesawat sinar-x, kesiapan kaset, CR reader dan workstation, aspek pengaturan FFD, central ray, center point, kolimasi, KV, mAs, hingga aspek anatomi genu baik dari antero-posterior view dan lateral view. Pemeriksaan radiografi genu juga berdasarkan justifikasi yang diberikan oleh dokter berupa indikasi klinis, contohnya curiga dislokasi. Dislokasi pada genu dapat terjadi karena trauma tinggi, kecelakaan kendaraan, maupun cedera saat berolahraga. Peranan masing-masing dari proyeksi baik AP dan lateral dalam menegakkan diagnosis pada klinis dislokasi yaitu AP bertujuan untuk melihat tibia dan fibula proksimal dan oblique dari femur distal, dislokasi anterolateral, dan dislokasi lutut anterolateral rotasi tanpa fraktur. Sedangkan proyeksi lateral bertujuan untuk mengevaluasi osteofit dan joint space narrowing dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA 

1. Panuntun MA, Hasanuddin M, Michael. Teknik Pemeriksaan Radiografi Genu Pada Kasus Osteoarthritis Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Vina Estetica. Jurnal Kesehatan Deli Sumatera. 2024;2(1):36–8. 

2. Kenneth L B, John P L. Textbook of radiographic positioning and related Anatomy-E-Book. Elsevier Health Sciences; 2013. 

3. Panuntun MA, Hasanuddin M, Michael. Teknik Pemeriksaan Radiografi Genu Pada Kasus Osteoarthritis Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Vina Estetica. Jurnal Kesehatan Deli Sumatera. 2024;2(1):36–8. 

4. Kohl S, Stock A, Ahmad SS, Zumstein M, Keel M, Exadaktylos A, et al. Dynamic intraligamentary stabilization and primary repair: A new concept for the treatment of knee dislocation. Injury [Internet]. 46(4):724–8. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0020138314004963 

5. McKee L, Ibrahim MS, Lawrence T, Pengas IP, Khan WS. Current concepts in Acute Knee Dislocation: the missed diagnosis? ˜the œOpen Orthopaedics Journal [Internet]. 2014 Jun 27;8(1):162–7. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25067970/ 

6. Utami AP, Anggriani J, Istiqomah AN. PERBEDAAN DENSITAS DAN KONTRAS THORAXDENGAN MENGGUNAKAN GRIDDAN TANPA GRID. 121JURNAL RADIOGRAFER INDONESIA. 2019; 

7. Septina F, Abdul FU, Pamadya S, Damayanti MA. Penggunaan Pesawat Sinar-X di Bidang Kedokteran Gigi: Update Terkini Pesawat Sinar X Handheld Portabel. Universitas Brawijaya Press; 2019. 

8. Arsanto R. PERBANDINGAN DETAIL CITRA DAN DOSIS RADIASI DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PLATE COMPUTED RADIOGRAFI TERHADAP RETROFIT PANEL DETECTOR, PADA PESAWAT MAMOGRAFI ANALOG [Thesis]. Universitas Naisoal; 2020. 

9. Griffiths M, Holmes K. The evolution of general x-ray equipment. Synergy. 

10. PERATURAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2020 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PADA PENGGUNAAN PESAWAT SINAR-X DALAM RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL. BAPETEN. 2020. 

11. Bontrager KL, Lampignano JP. Textbook of radiographic positioning and related Anatomy-E-Book. Elsevier Health Sciences; 2013. 

12. Sukmawati DL, Budiyono T, Khusniatul P, Faik M. ANALISA PEMERIKSAAN GENU JOINT PROYEKSI ANTEROPOSTERIOR (AP) POSISI SUPINE DENGAN VARIASI PENYUDUTAN CENTRAL RAY. Jurnal Radiografer Indonesia. 2019; 

13. Afifah S. A LITERATURE STUDY: KNEE JOINT RADIOGRAPHIC EXAMINATION TECHNIQUE IN OSTEOARTHRITIS CASES. 2021. 

14. Maryauw I, Ticoalu SHR, Wongkar D. GAMBARAN POSISI TUBEROSITAS TIBIAE TERHADAP GARIS MEDIOLATERAL SENDI LUTUT PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2010. Jurnal Biomedik : JBM [Internet]. 2013;4(3). Available from: https://doi.org/10.35790/jbm.4.3.2012.799 

15. Deu RP. GAMBARAN KEJADIAN NYERI LUTUT DENGAN KECURIGAAN OSTEOARTRITIS LUTUT PADA PERAWAT DI POLIKLINIK RAWAT JALAN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO. Jurnal Biomedic. 2014;2(1). 

16. Dath R, Chakravarthy. Dislokasi patela. Trauma. 8th ed. Vol. 1. 2010. 

17. Garnaoui H, Trafeh MA, Kassimi CE, Rafaoui A, Rahmi M, Garch A. Two years neglected knee dislocation: An unusual case report. International Journal of Surgery Case Reports [Internet]. 2022 Jan 1;90:106745. Available from: https://doi.org/10.1016/j.ijscr.2021.106745 

18. Mayani AN, Herawati R, Firdhayusah RA. PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOGRAFI KNEE JOINT PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA. Jurnal Kesehatan Tambusai. 2021;2(2):10–5. 

19. Gordon A, Lee MV, Swap C. Image Diagnosis: Knee Dislocation. The Permanente Journal. 2015;20(1):107–8. 

20. Ilmi II. TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI KNEE JOINT PADA KLINIS DISLOKASI:STUDI SERIAL KASUS [Tugas Akhir DIII]. POLTEKKES SEMARANG; 2020. 

21. Hey HWD, Ng LWN, Ng YH, Sng WZJ, Manohara R, Thambiah JS. Radiographical definition of the proximal tibiofibular joint – A cross-sectional study of 2984 knees and literature review. Injury [Internet]. 2016 Jun 1;47(6):1276–81. Available from: https://doi.org/10.1016/j.injury.2016.01.035 

22. Gulati A, Weston-Simons S, Evans D, Jenkins C, Gray H, Dodd CAF, et al. Radiographic evaluation of factors affecting bearing dislocation in the domed lateral Oxford unicompartmental knee replacement. Knee/˜the œKnee [Internet]. 2014 Dec 1;21(6):1254–7. Available from: https://doi.org/10.1016/j.knee.2014.08.00

23. View of ANALISIS KRITERIA RADIOGRAFI OS PATELLA DAN PATELOFEMORAL JOINT DENGAN PROYEKSI SKYLINE METODE HUNGSTON DAN SETTEGAST [Internet]. Available from: https://jurnal.politeknikalislam.ac.id/index.php/jutek/article/view/119/65

24. Henrichs A. A review of knee dislocations [Internet]. PubMed Central (PMC). 2004. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC535529/

25. Onibere OA, Stevenson I, Gill FJ. Radiological difficulty in identifying unicompartmental knee replacement dislocation. Radiology Case Reports [Internet]. 2017 Sep 1;12(3):549–51. Available from: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S193004331730078X 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun