Mohon tunggu...
IDRIS ELRUMI
IDRIS ELRUMI Mohon Tunggu... Full Time Blogger - PENDIDIK

Belajar mengembangkan literasi dan menyalurkan hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Berbasis Kreativitas

12 Februari 2018   21:42 Diperbarui: 12 Februari 2018   21:50 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi setiap guru maupun orang tua, tentu saja berharap bahwa anak-anaknya menjadi anak yang pintar dan kreatif. Kreatif dalam hal memecahkan persoalan yang dihadapi baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Di sinilah sebetulnya letak kreativitas yang tak hanya butuh dorongan dalam diri sendiri, tetapi orang lain di sekitar kita. Ya, daya kreativitad tidak hanya dibutuhkan oleh siswa melainkan dari pada guru dalam mengajar, maupun bagi kelompok lain, misalnya pekerja dalam menciptakan ide-ide produk barunya.

Kreativitas sendiri didefinisikan salah satunya kemampuan menganalisa keteraturan pola fakta-fakta yang ada kemudian merealisasikannya guna menggunakan keteraturan pola yang baru atau lebih umum, sehingga bisa diterima secara baik oleh masyarakat.

Oleh karena itu, proses pendidikan yang baik tentu saja tidak hanya menambahkan pengetahuan kepada para siswa, melainkan juga dengan mengajarkan bagaimana mereka mampu menemukan sendiri jalan keluar suatu permasalahan. Minimal, melalui kreativitas, sehingga diharapkan  pada akhirnya alternatif lain dalam pemecahan masalah mampu dihasilkan oleh mereka yang sangat berguna di dalam memperlancar suatu proses pengajaran.

Dalam metode pengajaran melatih kreativitas seseorang ini, tentu saja ada cara atau jenis yang beragam. Salah satunya bisa melalui eksperimen, seperti dalam ilmu fisika, percobaan beberapa bola dengan massa yang berbeda dijatuhkan dari ketinggian yang sama. Kejadian tersebut dianggap sebagai fakta-fakta yang akan diamati, kemudian melalui fakta tersebut pola keteraturan apa yang mampu ditangkap dan disimpulkan oleh para siswa.

Kelebihan dalam metode ini adalah tingkat kteativitas mampu diukur secara objektif, tetapi pengajaran ini membutuhkan waktu dan dana yang cukup lama dan besar. Metode lain dalam hal mengasah kreativitas adalah dengan menggunakan  media gambar atau bahasa, tetapi karena cara ini tak terkuantitasi, maka penilaian kreativitas dengan metode ini mempunyai kelemahan dalam faktor objektivitas penilaiannya.

Adapun alternatif metode lain dalam hal mengasah kreativitas siswa adalah menggunakan media angka. Tentu saja penggunaan media angka sebagai upaya dalam mengasah kreativitas seorang siswa mempunyai kelebihan yaitu pengukurannya yang lebih objektif  dari metode asah kreativitas menggunakan media gambar atau bahasa.

Kelebihan lain dari penggunaan metode angka itu adalah waktu yang dibutuhkan untuk pembelajarannya tidak terlalu lama, serta dana yang dibutuhkan tidak terlalu besar dibandingkan metode asah kreativitas melalui jalan eksperimen. Hal ini tentu saja cocok jika diterapkan di masing-masing sekolah di pelosok nusantara, sebab tak semua sekolah memilki kemampuan pendanaan yang memadai atau berlimpah, tidak seperti sekolah-sekolah di daerah kota yang pendanaannya cukup memadai.

Potensi kreativitas seseorang sudah tertanam sejak dari kanak-kanak dan kreativitas itu tidak terbatas oleh besaran usia seseorang. Aslkan seseorang itu tekun dalam menelusuri potensi dirinya hingga tekun dalam mengasah kreativitas diri yang dimilikinya, maka kesuksesan atau sebuah prestasi sudah menunggudi depan mata bagi sesrorang yang memiliki kreativitas tinggi.

Kelemahan yang ada di masyarakat atau di dalam diri kita adalah terkadang adalah kemalasan di dalam mengembangkan kreativitas yang  ada di dalam diri kita, padahal, kita sendiri sudah menemukan potensi diri seperti ini. Kita harus sadar, apabila kita tidak ada keseriusan  dalam mengembangkan kreativitas diri maka kita menjadi pribadi yang ironi dan pasti akan ketinggalan dengan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun