Mohon tunggu...
ziza el faizah
ziza el faizah Mohon Tunggu... -

hanya seorang faqirah yang awam

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lelang Suara

8 April 2014   16:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:55 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada 7 April 2014 saat jam istirahat seperti biasa teman-teman berkumpul dikantor dan ngobrol kesana kemari, temanya pun beragam. Mengingat semakin dekatnya pesta demokrasi di Indonesia, Obrolan kamipun tidak lepas dari tema pilihan legislatif yang akan diselenggarakan besok tanggal 9 April 2014. Kebetulan salah satu temanku menjadikan istrinya menjadi peserta kandidat caleg dari salah satu partai. Dan saya tahu meskipun Istrinya yang nyaleg tapi yang menjalankan dan yang menjadi sopirnya adalah dia sendiri. Istrinya hanya sebagai alatnya.

Dia blak-blakan akan memberikan uang dengan jumlah nominal yang sudah beredar dimasyarakat, saya tolak dengan keras.Dan saya amati jauh-jauh hari dia hanya tenang-tenang saja, dia tidak melakukan propaganda apapun,mengumpulkan massa untuk berkampanyepun tidak, bahkan stiker dan kaos yang biasanya digunakan alat untuk promosi pencalegkan istrinya pun tidak ada. Jadi tidak ada gambar istrinya sebagai caleg dan juga tidak ada sepotong kaospun yang beredar dimasyarakat.

Usut punya usut Ternyata dia hanya menggunakan strategi ajaibnya yaitu dengan membagi-bagikan amplop berisi uang dan stiker istrinya lengkap dengan foto nama partai dan nomor urutnya, dan itu dilakukan 1 hari sebelum hari H. Secara blak-blakan dia juga mengatakan bahwa dia hanya punya target 500 suara, jika dia hanya mendapat 400 suara maka dia berhenti dan suara istrinya yang 400 itu dijual ke caleg lain dengan cara lelang. Caleg siapa yang berani membeli dengan harga tinggi dialah yang mendapatkan 400 suara itu, dengan begitu dia tidak akan rugi bahkan dia mendapatkan keuntungan yang lumayan banyak.

Saya hanya geleng-geleng kepala mendengar penuturan darinya, dan secara otomatis saya sedikit mencemooh dirinya. “Jika orang-orang model seperti anda memimpin bagaimana nantinya bangsa Ini, dan orang seperti andalah yang merusak Indonesia, yang merusak demokrasi di Indonesia”. Dia hanya Tersenyum-senyum tanpa beban.

Mungkin dilain Tempat ada juga caleg yang menggunakan cara Tersebut, jika tidak menang suara yang dia raup dia jual ke kandidat lain. Lagi-lagi uang yang menjadikan seseorang melepaskan nuraninya, dan lagi-lagi uang yang dijadikan raja bahkan diTuhankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun