Mohon tunggu...
Elex Media Komputindo
Elex Media Komputindo Mohon Tunggu... Administrasi - Laman ini adalah akun penerbit Elex Media Komputindo untuk menyajikan informasi seputar buku dan perbukuan.

Laman ini adalah akun penerbit Elex Media Komputindo untuk menyajikan informasi seputar buku dan perbukuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wawancara Imajiner dengan Lee Kuan Yew: Hegemoni Tiongkok sebagai Ancaman

18 Juli 2019   08:00 Diperbarui: 18 Juli 2019   08:01 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Apakah para pemimpin Tiongkok bersungguh-sungguh ingin menggantikan Amerika Serikat sebagai kekuatan nomor 1 di Asia? Di dunia?

Tentu saja. Kenapa tidak? 

Dengan keajaiban ekonomi, mereka telah mengubah masyarakat miskin menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia saat ini--berada di jalurnya, seperti yang diprediksi oleh Goldman Sachs, untuk menjadi ekonomi terbesar dunia dalam 20 tahun ke depan. Mereka mengikuti jejak Amerika mengirimkan manusia ke luar angkasa dan menembak satelit dengan misil. 

Kebudayaan mereka adalah kebudayaan berusia 4.000 tahun de- ngan 1,3 miliar orang, banyak yang memiliki talenta besar--sebuah kolam besar dan sangat bertalenta untuk digunakan. Bagaimana bisa mereka tidak beraspirasi untuk menjadi nomor 1 di Asia, dan nantinya, di dunia?

Apa arti menjadi nomor 1? Bagaimana perubahan sikap Tiongkok terhadap negara-negara lain jika Tiongkok menjadi kekuatan Asia yang dominan? 

Dalam bahasa Tiongkok, Tiongkok berarti "Kerajaan Tengah"---merujuk pada dunia di mana mereka dominan di wila- yahnya, negara-negara lain berhubungan dengan mereka sebagai pemohon pada pemimpin, dan negara-negara vasal datang ke Beijing dengan membawa upeti: misalnya, Sultan Brunei, yang datang mem- bawa sutra sebagai persembahannya, tapi yang meninggal di sana empat abad yang lalu dan sekarang memiliki tempat suci di Beijing.

Akankah Tiongkok yang kuat dan terindustrialisasi menjadi sama ramahnya terhadap Asia Tenggara layaknya Amerika Serikat sejak 1945?

Singapura tidak yakin. Begitu juga dengan Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam....

Mereka mengharapkan penduduk Singapura lebih hormat terhadap Tiongkok saat negara itu tumbuh menjadi lebih berpengaruh. Mereka memberi tahu kami bahwa negara, besar atau kecil, adalah sama: kami bukanlah kekuatan besar. Tapi ketika kami melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai, mereka bilang Anda telah mem- buat 1,3 miliar orang tidak senang .... Ini agak berlebihan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun