Murid sekolah di berbagai negara mogok sekolah setiap Jumat sejak Januari 2019. Mereka mendesak para politisi di negara masing-masing untuk segera mengambil langkah radikal memangkas emisi karbon. Sampai artikel ini ditulis, pelajar di Korea Selatan,Jepang,Srilanka, India, Iran, Turki, India, Hong Kong, Malaysia, Britania Raya, Australia, Prancis, Jerman, Irlandia, Uganda, Thailand, Columbia, Polandia, Swedia, Denmark, Norwegia, Spanyol, dan Jerman sudah bergabung dalam gerakan ini.
Gerakan ini diawali oleh Greta Thunberg (16) yang mogok sekolah dan demo di depan parlemen Swedia seorang diri. Sekali pun menderita asperger, ia sudah mampu menyadari percuma sekolah dengan masa depan malapetaka iklim. Ilmu pengetahuan, metode yang dia pelajari di sekolah, memberi cukup fakta dan angka. Untuk apa bersekolah kalau hanya untuk diabaikan?
Kemunculan gerakan ini tidak lepas dari kegigihan sejumlah para ilmuwan dan penutur Sains untuk menjelaskan perubahan iklim secara sederhana kepada awam. Aktivis lingkungan AS, Al Gore merintis upaya ini dengan membuat film pada 2006. Komik adalah salah satu media yang mereka gunakan untuk mewartakan petaka iklim dalam beberapa dasawarsa mendatang.
Berikut ini beberapa nukilan isi komik Why? Climate Change, yang menjelaskan fakta dan angka ancaman langsung Perubahan Iklim terhadap kesintasan para pelajar itu dalam beberapa dasawarsa ke depan.Â
Penulis buku ini dengan cerdik berhasil melukiskan juga para pelajar yang terancam dibunuh oleh korporasi multinasional. Perusahaan itu berusaha membungkam pendidikan dampak Perubahan Iklim, sementara diam-diam menyiapkan hunian untuk dijual dengan harga mahal ketika petaka iklim benar-benar terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H