Ibu tirinya mulai memasuki ruangan tersebut dan menutup pintu dengan perlahan. Ia mulai mendekati tempat tidur tersebut dan duduk pada pinggitr tempat tidurnya, yang mana ada banyak boneka disana. Emiliana hanya terdiam disana, ia memalingkan wajahnya dari ibu tiri dan memfokuskan pandangannya pada foto ibu kandungnya yang terpajang jelas di dinding. Ibu tirinya yang menyadari hal tersebut, ia perlahan mulai membelai rambut Emiliana dengan lembut.
   "Maafkan Ibu, belum bisa menjadi yang terbaik untukmu"
   "tidak ibu... ibu sudah menjadi yang terbaik untuku, aku sangat menghargai kerja keras ibu untuk berusaha. Namun, aku hanya sedikit kesulitan untuk memberikan kepercayaanku pada orang lain. Apa lagi... setelah kematian ibu kandungku"
Perlahan ia hanya mengehela nafas dan terus membelai rambut lembutnya. Ia mengerti bagaimana perasaan anak perempuannya yang kehilangan kerpecayaanya akibat kematian dari ibu kandungnya sendiri. Untuk saat ini, ia hanya bisa memberikan kata kata semangat untuk putrinya, dengan demikian maka Emiliana akan merasa lebih baik tanpa adanya rasa tidak nyaman. Setidaknya, untuk saat ini.
   "Ibu mewakilkan ayah, ibu sungguh meminta maaf apabila kamu merasa tidak aman dan nyaman di sekeliling kami. Namun kami hanya menginginkan yang terbaik untukmu nak. Ibu harap kamu memahami ini, dan selalu ingatt.. ayah, ibu, dan ibu kandungmu selalu menyayangimu"
Percakapan itu berakhir ketika ibu tirinya memberi kecupan lembut di kepalanya, dan mengusap rambutnya u tuk terakhir kali. Sebelum ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan keluar. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, setelah kematian ibu kandungnya. Ia mulai merasanya aman kembali, dan 6 tahun bukanlah waktu yang singkat. Emiliana perlahan beranjak dari tempat tidurnya dan melihat pada jendela kamarnya, bintang bersinar terang di luar sana. Layaknya, itu memberi petunjuk bahwa awal yang baik akan dimulai disini. Emiliana tersenyum tipis dan menyentuh kepalanya yang mendapatkan kecupan dari ibu tirinya. Setelah ia memandang bintang selama 3 menit, ia memutuskan untuk kembali berbaring di kasur dan memejamkan matanya. Siap untuk hari esok yang akan datang, dan kali ini ia yakin bahwa besok akan menjadi lebih baik dari pada hari ini.
Tidurnya yang pulas sudah tidak dapat diragukan lagi, ia memeluk erat boneka yang sebelumnya diberikan oleh ibu kandungnya ketika ia berusia 3 tahun. Di dalam mimpinya yang tenang, ia melihat sosok perempuan yang bercahaya sangat cerah di depannya. Perlahan ia maju kearahnya dan menyentuh tangannya yang amat lembut itu. Wanita itu berkata kepadanya.
   "Emiliana putriku yang kuat, ibu amat sangat menyayangimu. Ibu selalu merindukanmu dari atas sana dan ibu selalu ingin melihat putri cantik ibu selalu bahagia"
   "I-ibu.. b-bagaimana?" Air mata mulai menetes dari matanya, dengan segera ia memeluk ibunya dengan erat.
   "I-ibu! Jangan tinggalkan Emiliana lagi! Emiliana ingin bersama ibu selamanya. Emiliana berjanji akan menjadi gadis baik dan tidak akan melawan kata ibu lagi, kumohon ibu... jangaan tinggalkan aku"
   "Ibu tidak pernah meninggalkanmu, ibu selalu ada di hati kecilmu itu. Selalu melindungimu dan menyayangimu dengan segenap hati. Namun saat ini ibu hendak bertanya. Apabila ibu meminta satu permohonan, apakah Emiliana mau membantu ibu untuk mewujudkan permohonan itu?"