Mohon tunggu...
Indah Shelena Ratu Raisa
Indah Shelena Ratu Raisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memberikan informasi yang cukup menarik dan terpecaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bahasa Melayu sebagai Fondasi Bahasa Indonesia di Lingkungan Pendidikan Dasar

13 Januari 2025   18:25 Diperbarui: 13 Januari 2025   18:25 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkembang dari bahasa Melayu (Mamonto, 2020), memiliki peran sebagai bahasa penghubung yang dapat menyatukan berbagai suku dan budaya di Indonesia. Salah satu fondasi utama dalam pembentukkan bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang kemudian berkembang menjadi lingua franca di seluruh kepulauan Nusantara. Lingua franca adalah bahasa penghubung yang digunakan antar kelompok masyarakat dengan bahasa ibu yang berbeda  (Mohd Hassan, 2017). Sebagaimana tersirat dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan (Mijianti, 2017) yang berperan penting dalam perkembangan bahasa Indonesia hingga sekarang yang tidak hanya dipelajari di lingkungan formal, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. 

Perkembangannya sejalan dengan semakin pesatnya arus globalisasi, modernisasi dan ilmu pengetahuan sains teknologi, dimana bahasa Indonesia harus menjadi instrumen komunikasi utama di Indonesia (Natalia et al, 2024). Di lingkungan pendidikan dasar, pengajaran bahasa indonesia kepada anak-anak dimulai dengan memperkenalkan bahasa Melayu sebagai dasar bahasa yang digunakan dalam pembelajaran sehari-hari. Dengan demikian, sejak diposisikan sebagai lingua franca masyarakat nusantara maupun ketika diposisikan sebagai bahasa daerah, bahasa Melayu atau sastra Melayu telah berperan penting dalam proses pendidikan dasar yang bertujuan untuk membentuk karakter bangsa kepada generasi muda Indonesia (Effendy, 2014).

Sejarah panjang bahasa Melayu dimulai sejak pada abad ke VII dimana bahasa Melayu sudah dipergunakan oleh masyarakat di wilayah kerajaan Sriwijaya (Mamonto, 2020). Seiring dengan masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu telah menjadi objek perhatian pemerintah kolonial pada saat itu. Hal ini terefleksi dalam upaya pembakuan ejaan yang pertama kali dilakukan melalui penerbitan Ejaan van Ophuijsen. (Mijianti, 2017). Melihat situasi ini, berbagai pemangku kepentingan mempunyai inovasi agar bangsa Indonesia memiliki bahasa nasionalnya sendiri yang nantinya menjadi  alat pemersatu dalam berinteraksi antar suku ada di Indonesia (Natalia et al, 2024). Perkembangan pembentukan ejaan bahasa Indonesia ini tercipta pada tahun 1901, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang disusun oleh orang Belanda bernama Charles A. van Ophuijsen, dibantu Engku Nawawi Soetan Ma'moer, dan Mohammad Taib Soetan Ibrahim,  pada saat itu bahasa Indonesia masih menggunakan bahasa Melayu. Ejaan ini adalah pedoman resmi pertama dalam sejarah penulisan bahasa Indonesia yang disahkan pada tahun 1901 yang merupakan cikal bakal terbentuknya ejaan yang sekarang digunakan yaitu Ejaan Yang Disempurnakan Edisi V dan sebagai pondasi berbahasa di lingkungan pendidikan.

Bahasa Melayu menjadi pondasi dalam pembentukan bahasa Indonesia yang  dipelajari sejak pendidikan dasar. Pendidikan dasar lebih memfokuskan pada pengembangan kompetensi berbahasa dan literasi sastra siswa (M. Ali, 2020). Dalam proses tersebut, mereka belajar tentang struktur bahasa, kosakata, dan tata bahasa yang merupakan warisan dari bahasa Melayu. Banyaknya penggunaan kata serapan dari bahasa Melayu, seperti lupa, tidak, dan tujuh, yang sering terdengar dalam percakapan sehari-hari anak Indonesia. Kehadiran kata-kata tersebut memudahkan anak-anak dalam mengenal dan menguasai bahasa Indonesia lebih cepat. Dalam konteks pendidikan dasar pun, bahasa Melayu memiliki peran sebagai landasan awal bagi siswa untuk mempelajari bahasa Indonesia yang lebih baku. Hal tersebut mempermudah pemahaman siswa karena adanya kesamaan struktur dan kosakata, siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep dasar bahasa Indonesia. Dengan mempelajari Bahasa Melayu, siswa akan lebih mencintai bahasa daerahnya dan sekaligus bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Bahasa Melayu memberikan kemudahan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di pendidikan dasar. Seperti yang kita ketahui, bahasa Melayu dipilih karena struktur dan kosakatanya yang sederhana serta mudah dikenal luas oleh masyarakat, hal tersebut memungkinkan pengajaran bahasa Indonesia menjadi lebih efektif. Bahasa Melayu juga berperan penting dalam pemahaman budaya. Penggunaan puisi dan gurindam sebagai wahana penyampaian pesan moral secara lisan telah memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam membentuk dan menguatkan karakter serta kepribadian masyarakat Nusantara (Effendy, 2014). Hal itu juga diterapkan oleh Pemerintah Provinsi Riau yang telah merumuskan kebijakan yang menempatkan Budaya Melayu Riau (BMR) sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum pendidikan (Majid, 2021). 

Meskipun memiliki peran yang cukup penting, pembelajaran Bahasa Melayu di sekolah dasar juga dapat menghadapi beberapa tantangan, antara lain: (a) Kurangnya minat siswa, menjadikan beberapa siswa mungkin kurang tertarik mempelajari bahasa daerah karena lebih tertarik pada bahasa asing; (b) Kurangnya sumber daya, seperti terbatasnya jumlah buku teks, modul, dan bahan ajar yang berkualitas menjadi kendala tersendiri; ( c ) Perubahan zaman, dengan perkembangan teknologi informasi, siswa cenderung lebih banyak menggunakan bahasa gaul atau bahasa asing dalam berkomunikasi sehari-hari. Untuk mengatasi hal tersebut kita dapat mengintegrasikan bahasa Melayu dengan mata pelajaran lain, seperti sejarah, budaya, dan sastra, agar pembelajaran menjadi lebih menarik. Penggunaan teknologi informasi juga dapat dimanfaatkan untuk membuat pembelajaran bahasa Melayu menjadi lebih interaktif dan menyenangkan. Kemudian, sekolah dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dapat melestarikan bahasa Melayu.

Sejak dikukuhkan dalam Sumpah Pemuda, Bahasa Indonesia telah mengemban multifungsi sebagai bahasa persatuan, bahasa negara, dan bahasa resmi. Sebagai sebuah negara dengan keberagaman bahasa daerah yang kaya, Bahasa Indonesia berperan penting untuk menghubungkan seluruh lapisan masyarakat. Meskipun awalnya bukan bahasa pertama bagi sebagian besar penduduk, pergeseran sosial budaya akibat globalisasi telah mengukuhkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama di Indonesia. Bahasa Melayu memegang peranan penting sebagai fondasi dalam pembentukan bahasa Indonesia, khususnya dalam lingkungan pendidikan dasar. Sebagai yang sudah dikenal luas di berbagai wilayah Nusantara, bahasa Melayu memberikan kemudahan bagi anak-anak Indonesia untuk mempelajari bahasa Indonesia lebih cepat dan mudah. Pendidikan tidak hanya mengajarkan struktur bahasa, tetapi juga mengenalkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam bahasa tersebut. Melalui pengajaran bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu, generasi muda Indonesia dapat mengapresiasikan warisan budaya dan sejarah bangsa, serta memperkuat rasa persatuan dalam keberagaman. Oleh karena itu, sangat penting untuk terus mengembangkan dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang lahir dari bahasa Melayu, sehingga dapat terus memainkan peran dalam pembangunan identitas bangsa Indonesia di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun