Mohon tunggu...
Eleksio Pattiasina
Eleksio Pattiasina Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Life is Short

Berbagi selama hidup di dunia dan berkarya selama masih bisa menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sekeluarga Tewas dengan Timah Panas di Kepala

24 Oktober 2018   13:02 Diperbarui: 24 Oktober 2018   13:12 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa hak anda mengambil nyawa seorang manusia? Ini adalah pertanyaan yang biasa diucapkan oleh seorang hakim dalam mendakwa seorang pembunuh. Sejak ribuan tahun lalu manusia sudah diperhadapkan dengan berbagai bentuk kekejaman dan penindasan oleh kaum otoriter, baik itu penjajah maupun pemerintah setempat. Jika ada yang melawan maka ia akan dipukul, disiksa, hingga dibunuh!

Semakin berkembangnya zaman peralatan perang semakin canggih, sehingga ketakutan terus meneror kehidupan antar negara. Saat ini terjadi perang dagang antara Amerika melawan China terus berlangsung. Di sisi lain, kekuatan militer terus digaungkan antar negara, baik itu Rusia, Amerika, Republlik Rakyat China, Perancis dan Britania Raya dalam hal kepemilikan nuklir. Di luar itu masih ada beberapa negara yang pernah melakukan uji coba nuklir.

Perkembangan senjata manual hingga otomatis terjadi begitu cepat, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi. Tujuan diciptakannya senjata adalah untuk memberi keamanan dan kedamaian, namun kini disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. Hal ini tidak lepas dari kelalaian pemerintah dalam mengelola hal sensitif seperti senjata api. Terbukti lebih dari lima negara di dunia mengizinkan warganya mempunyai senjata api, diantaranya Amerika Serikat, Kanada, Swedia, Swiss, dan sebagainya.

Ketika manusia diberi kebebasan untuk memiliki dan menggunakan senjata api, maka ada ketakutan yang terus tinggal di dalam kehidupan negara itu. Ingatkah kita akan peristiwa hari Valentine 14 Februari 2018, saat itu peristiwa mencekam terjadi, ada sekitar 17 orang tewas tertembak di Florida, Amerika Serikat. Manusia, ketika diberi kebebasan maka dia akan menggunakannya menurut kehendak bebasnya juga, dia tidak peduli dengan jiwa dan kehidupan sesamanya.

Sama seperti peristiwa mengerikan yang terjadi Selasa malam, 23 Oktober 2018. Satu keluarga (Suami, Istri, dan kedua anak) di Palembang tewas karena timah panas (peluru) di kepala. Entah apa motif dari pelaku untuk mengambil nyawa orang lain, yang jelas ini adalah bentuk kebiadaban dari 'manusia' terhadap sesamanya.

Patut diselidiki oleh pihak kepolisian lebih dalam tentang peluru dan senjata yang digunakan untuk menghabisi keluarga tanpa ampun. Apakah menggunakan senjata rakitan atau senjata pesanan (dibeli), karena saya cermati bahwa senjata tidak akan membunuh jika dipegang dan digunakan pada orang yang tepat. Peristiwa ini terjadi karena senjata itu dipegang dan digunakan oleh orang yang salah.

Pertanyaan hakim yang pertama, 'Apa hak anda mengambil nyawa seorang manusia?'  saya jawab dengan kutipan sebagai berikut: "Pembalasan adalah hak Tuhan, Tuhanlah yang menuntun pembalasan dan Tuhan akan menghakimi umat manusia."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun