Mohon tunggu...
Eka Pratama
Eka Pratama Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Irigasi Elektroosmosis, Solusi Terbaru Mempertahankan Air pada Sistem Perakaran

22 Mei 2017   16:14 Diperbarui: 22 Mei 2017   16:30 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemanasan global merupakan isu terhangat selama beberapa dekade terakhir. Salah satu dampak yang ditimbulkan yaitu meningkatnya fenomena El-Nino diberbagai belahan dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang terdampak akan fenomena El-Nino yaitu terjadinya kekeringan berkepanjangan diberbagai wilayah Indonesia. Dikutip dari jitunews.com pada tahun 2015 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa pada musim kemarau ini, wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara mengalami defisit air sekitar 20 miliar meter kubik.

       Defisit air mengakibatkan sumber-sumber mata air semakin mengecil, sehingga konsumsi masyarakat terhadap penggunaaan air harus lebih dioptimalkan baik itu untuk kebutuhan pangan ataupun kebutuhan pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian sangat membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkembangan  tanaman. Hal tersebut sangat mudah dipenuhi apabila sedang terjadi pada musim hujan, namun pada musim kemarau penggunaan air harus lebih efisien. Dengan adanya permasalahan tersebut Elektroosmosis Irrigation yang digagas oleh Gigih, Bayu, Lu'lu'i, Nur Ida dan Kasiatu Eka dari Universitas Brawijaya merupakan salah satu solusi untuk irigasi  dengan penggunaan air yang lebih efisien.

      Prinsip dari sistem Elektroosmosis Irrigation yaitu mempertahankan air tetap pada sistem perakaran tanaman dengan mengalirkan arus dan tegangan DC. Irigasi ini termasuk irigasi yang ramah lingkungan karena sumber listrik diperoleh dari panel surya. Instalasi dari irigasi ini adalah dengan memberikan elektroda positif pada tanah bagian bawah dan elektroda negatif pada permukaan tanah (area perakaran tanaman). Diketahui bersama bahwa air tanah selalu terkadung pada tanah bagian bawah sehingga, ketika area tanah diberikan sistem ini maka molekul air akan tertarik ke arah elektroda negatif sesuai dengan arah arus listrik. Sistem ini tergolong baru di Indonesia karena belum ada penelitian sebelumnya tentang irigasi dengan elektroosmosis. pada pengaplikasiannya irigasi ini dapat diterapkan pada lahan-lahan non teknis yang hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber irigasinya, Green House, dan tanaman pada Polybag

     Untuk otomatisasi sistem ini dilengkapi dengan sensor kadar air yang terhubung dengan Relay (saklar) serta LCD pada minimum sistem. Sensor berfungsi untuk mendeteksi kadar air pada tanah, apabila kadar air pada tanah untuk tanaman telah terpenuhi maka relay akan memutus tegangan dan arus dari sumber listrik sehingga lebih menghemat penggunaan daya listrik serta memberikan kontrol pada tanaman agar tidak kelebihan atau kekurangan air. Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat memberikan solusi irigasi untuk wilayah yang mengalami defisit air ataupun penghematan konsumsi air pada Green House.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun