Mohon tunggu...
Bornok Situmorang
Bornok Situmorang Mohon Tunggu... -

menulis sesekali setelah membaca sesering kali

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tunduk Hanya pada Konstitusi dan Rakyat Indonesia

11 Agustus 2014   01:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:53 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tunduk hanya pada konstitusi dan rakyat Indonesia

Setiap orang yang hidup sudah tentu diperhadapkan dengan keadaan hidup itu, siapa pun dia, selama dia kategori manusia hidup, pastinya akan menghadapi kemudahan dan kesulitan, suka dan duka, manis dan pahit, kesempatan dan tantangan,pro dan kontra, pendukung dan pencemooh, serta hal-hal positif negatif lainnya, itulah keadaan hidup yang menghadirkan dua sisi yang berbeda yang selalu akan ada bagi si manusia hidup.

Dalam menghadapi kedua sisi kenyataan hidup ini tentu kita tidak selamanya menjadi pemenang dan unggul serta mendapatkan yang terbaik, bahkan jika dihadapkan dengan hal yang positif sekalipun, kita terkadang tidak menyikapinya dengan sikap terbaik kita, itu lumrah, itu manusiawi.

Kita semua pasti pernah kenal dan berkenalan dengan orang di luar diri kita.Atau mungkin sampai punya kesempatan untuk mengenal dia secara mendalam sampai kita mengamati cara dia hidup dan menyikapi keadaan hidupnya.Belakangan ini saya agak sering mendengar ungkapan :”Mudah diucapkan, tapi begitu sulit dilakukan”, ada juga ungkapan “Indah untuk diceritakan, tapi sulit untuk dialami”
Saat ini kita menjadi pengamat dari dua sosok yang paling fenomenal dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.Kedua sosok ini telah menggerakkan orang-orang untuk minimal sekedar melihat, berfikir dan menyimpulkan sesuatu dalam pikirannya tentang ‘watak’ kedua orang ini.
Kali ini saya lebih tertarik mengamati salah seorang dari kedua sosok fenomenal tadi, yaitu JOKOWI, (saya yakin sosok satu lagi pasti kita tahu siapa, kan?).Jokowi presiden terpilih 2014-2019 mau tidak mau, suka tidak suka menjadi figur yang begitu diamati saat ini.Fenomena ini memang sudah terjadi semenjak beliau masih walikota Solo.Bagaimana tidak, media-media begitu suka dengan gerak-geriknya atau apapun yang menyangkut aktifitas kesehariannya.Media inilah yang menyajikan menu-menu berita yang siap disantap oleh semua kalangan, dimana menu berita itu kemudian banyak mengandung zat yang disebut dengan zat Jokowi.Hmmmmm, ternyata sudah banyak orang yang sudah menyantap zat ini yang menyebabkan suatu efek yang luar biasa yang disebut ‘efek jokowi’.

Saya kembali pada beberapa kalimat awal saya, saya mau mengamati beliau ini tentang bagaimana ia menyikapi keadaan yang sedang diperhadapkan dengan beliau.Saya yakin tidak banyak manusia Indonesia yang seperti beliau ini, apalagi kalangan politisi, saya kira bisa dihitung dengan hitungan jari.Yang saya maksud adalah bagaimana seseorang bersikap dan merespon suatu keadaan yang diperhadapkan dengan dia.Jokowi telah dinobatkan menjadi pemenang Pilpres 2014 versi quick count kala itu, tapi berusaha diredam oleh pihak yang tidak menginginkan kemenangannya, kemudian dinobatkan oleh KPU sebagai penyelenggara pemilu yang sah, tapi tetap juga ingin dipatahkan melalui suatu langkah ambisius, yaitu gugatan melalui Mahkamah Konstitusi.
Sampai tulisan ini saya buat, pergunjingan masih sedang dan akan memanas di ruang sidang MK yang memang sengaja diciptakan untuk menambah semarak langkah ambisius ini.

Yang membuat saya salut, sesalut-salutnya adalah, Jokowi, sang pemenang, ternyata tak terusik sedikit pun dengan gonjang ganjing ini.Beliau tetap bekerja, tetap bergerak dan melangkah tidak sedikit pun terpancing untuk turut dalam hiruk pikuk yang sebenarnya melibatkan dia sebagai faktor utama penyebab pergunjingan ini.
Hmmmm, saya berfikir seandainya, beliau ini turun tangan dengan mengambil langkah politik, maka saat ini juga koalisi ambisius itu bisa disayat-sayatnya menjadi beberapa bagian yang terpecah-pecah seperti memotong martabak yang siap disantap.Bagaimana tidak, saya berfikir begitu, setidaknya untuk memecah belah Koalisi ambisius ini dan menggembosinya, mengekibiri kekuatannya dan melumpuhkannya.
Saya sempat bayangkan jika Jokowi ‘bermain mata’ dengan dua atau tiga partai pendukung koalisi ambisius ini.Bukankah tidak ada kursi-kursi yang bisa ditawarkan?Atau proyek-proyek yang segera harus digarap?Yang akan membuat mereka ngiler dan segera hengkang dari koalisi yang katanya permanen ini?.Dengan catatan hanya sekedar menghancurkan koalisi ambisius ini saja, saya kira amat sangat bisa dan sangat biasa dilakukan di dunia politik.Saya yakin, sesaat setelah Jokowi memainkan langkah politik ini, koalisi ambisisus ini pun akan pecah dan lumpuh.Dan perjalanannya menuju istana akan mulus toh?Namun, Jokowi tak bergeming, tidak sedikitpun berfikir atau berniat untuk melakukannya.Di sinilah kekaguman saya terhadap Jokowi semakin bertambah, ternyata beliau tetap teguh, tetap bekerja, melangkah dan melanjutkan amanah dan kepercayaan rakyat: Tunduk hanya pada konstitusi dan rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun