KAMPANYE politik di Indonesia telah mengalami perubahan drastis dalam beberapa dekade terakhir. Berubah dari metode konvensional yang lebih tradisional menjadi kampanye digital yang eksponensial dan inklusif. Perubahan ini seiring perkembangan teknologi dan perubahan perilaku pemilih dan telah membawa dampak signifikan dalam politik Indonesia. Analisis yang dilakukan oleh Litbang Kompas terhadap iklan politik di media sosial meta ads selama April hingga Mei 2023, mengungkapkan informasi menarik tentang belanja iklan oleh tokoh politik dan partai politik di Indonesia. Dalam rentang waktu dua bulan tersebut, total biaya iklan politik di media sosial mencapai Rp 7,44 miliar. Iklan yang diarahkan kepada tokoh politik mencapai Rp 2,59 miliar, sementara iklan atas nama partai politik mencapai Rp 4,84 miliar. Prabowo Subianto menduduki posisi tertinggi dalam belanja iklan. Menghabiskan sejumlah besar dana, yaitu Rp 1,85 miliar selama tiga bulan tersebut. Perbedaan nominal ini sangat signifikan jika dibandingkan dengan kandidat lainnya, seperti Ganjar Pranowo yang menghabiskan Rp 409,3 juta dalam periode yang sama. Partai Golkar muncul sebagai salah satu pemain dominan dalam belanja iklan politik di media sosial. Partai ini mengeluarkan dana sebesar Rp 3,75 miliar untuk iklan politik, yang sebagian besar dibiayai oleh Yayasan Golkar Institute. Selama tiga bulan, akun Facebook Golkar 2024 dan Instagram @golkar.2024 menghabiskan Rp 2,8 miliar untuk iklan politik dan menayangkan sebanyak 2.378 konten iklan. Transformasi dan revolusi kampanye politik Pertama-tama, perubahan dari kampanye konvensional ke digital telah membuka pintu bagi kandidat dan partai politik untuk mencapai pemilih dengan cara yang lebih efisien dan luas. Dulu, kampanye mungkin terbatas pada pertemuan langsung di titik-titik tertentu. Sekarang, melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan tiktok, kampanye dapat mencapai pemilih dalam teritorial yang massif dan tersegmentasi tanpa harus melakukan perjalanan fisik. Konten viral di media sosial bahkan dapat membuat pesan kampanye mencapai jutaan pemilih dalam hitungan jam. Selain itu, perubahan dari pendekatan linier ke eksponensial dalam kampanye politik telah memungkinkan kandidat dan partai untuk memaksimalkan dampak kampanye mereka. Dulu, pertemuan satu-satu di titik tertentu adalah cara yang umum untuk berinteraksi dengan pemilih. Sekarang, kampanye digital memungkinkan pesan untuk disampaikan secara bersamaan kepada banyak pemilih dengan efek yang jauh lebih besar. Perubahan dari komunikasi satu arah ke dua arah juga telah memperkaya interaksi antara pemilih dan kandidat. Melalui media sosial dan platform digital, pemilih dapat memberikan umpan balik, mengajukan pertanyaan, dan berpartisipasi aktif dalam diskusi politik. Hal ini memungkinkan kampanye untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi pemilih. Pergeseran dari pendekatan eksklusif ke inklusif dan dari homogen ke heterogen dalam kampanye politik menunjukkan bahwa politik di Indonesia semakin memahami keragaman masyarakat. Kandidat dan partai politik telah mengadopsi pesan dan strategi yang lebih inklusif untuk mencakup semua kelompok masyarakat, termasuk minoritas dan perempuan. Hal ini mencerminkan semangat demokrasi yang semakin kuat di Indonesia. Perkembangan ini adalah bukti nyata bahwa kampanye politik di Indonesia telah menjalani transformasi penting. Dengan memahami perubahan ini, kita dapat lebih baik memahami dinamika politik modern dan bagaimana pemilih dan kandidat berinteraksi dalam dunia yang semakin terhubung secara digital. Kampanye politik telah menjadi ranah yang semakin dinamis dan kompleks dengan kemajuan teknologi digital. Dalam upaya untuk memenangkan hati pemilih dan memahami kebutuhan serta aspirasi mereka, kandidat dan partai politik harus memanfaatkan berbagai "touch point" yang tersedia. Dua di antaranya yang semakin menjadi fokus adalah Physical Touch Point dan Digital Touch Point. "Physical Touch Point": Menjangkau dengan tatapan langsung Physical touch point adalah bentuk tradisional kampanye politik yang mengandalkan interaksi langsung dengan pemilih. Ini termasuk pertemuan tatap muka, kampanye pintu ke pintu, diskusi kelompok kecil, dan pertemuan umum. Melalui physical touch point, kandidat memiliki kesempatan untuk merasakan langsung ketakutan, harapan, dan kebutuhan pemilih. Interaksi tatap muka memungkinkan kandidat untuk menunjukkan empati dan mendengarkan secara langsung apa yang menjadi perhatian pemilih. Ini juga menciptakan kesan positif karena pemilih merasa dihargai dan didengarkan. Namun, physical touch point memiliki keterbatasan. Pertama, mereka memerlukan banyak sumber daya manusia dan waktu. Kandidat harus melakukan perjalanan yang melelahkan untuk mencapai banyak pemilih. Kedua, jangkauan mereka terbatas dan mungkin tidak efisien dalam mencapai pemilih yang tersebar luas. "Digital Touch Point": Menggapai Massa Melalui Layar Di sisi lain, digital touch point telah memainkan peran yang semakin signifikan dalam kampanye politik. Ini mencakup penggunaan media sosial, situs web kampanye, email, iklan online, dan berbagai platform digital. Digital touch point memungkinkan kandidat untuk mencapai pemilih dalam jumlah besar secara efisien. Mereka dapat menyebarkan pesan kampanye kepada ribuan atau jutaan orang dalam hitungan detik. Selain itu, digital touch point memungkinkan interaksi dua arah. Pemilih dapat memberikan umpan balik, mengajukan pertanyaan, dan berpartisipasi dalam diskusi politik melalui media sosial. Ini memperkuat keterlibatan pemilih dan menciptakan hubungan yang lebih dalam antara kandidat dan pemilih. Namun, seperti physical touch point, digital touch point juga memiliki keterbatasan. Ada risiko pesan yang salah dipahami atau disalahgunakan, terutama ketika berita palsu (hoaks) tersebar luas. Terlalu banyak konten digital juga bisa membuat pemilih merasa terlalu dibanjiri informasi, yang dapat mengurangi efektivitas kampanye. Perpaduan solusi terbaik Menggabungkan physical dan digital touch point adalah kunci keberhasilan kampanye politik modern. Kedua pendekatan ini saling melengkapi. Kandidat dapat menggunakan physical touch point untuk meraih kualitas interaksi langsung dengan pemilih, mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang masalah yang dihadapi pemilih, dan membangun hubungan personal. Kemudian, digital touch point dapat digunakan untuk memperluas jangkauan dan menyebarkan pesan kampanye dengan lebih efisien. Namun, kesuksesan dalam perpaduan ini memerlukan pemahaman yang baik tentang target pemilih dan pemanfaatan teknologi. Perlu berinovasi dalam menciptakan pengalaman yang berkesan baik melalui physical maupun digital touch point. Kunci utama adalah menjaga keseimbangan yang tepat antara kualitas dan kuantitas interaksi dengan pemilih, serta memastikan bahwa pesan kampanye selaras di semua platform. Seiring dengan perkembangan teknologi, kampanye politik akan terus berubah. Namun, penggunaan yang bijak dari physical dan digital touch point akan tetap menjadi fondasi kesuksesan dalam memenangkan hati pemilih dan menciptakan dampak positif dalam politik. Dalam dunia yang semakin terhubung, kombinasi keduanya adalah resep yang kuat untuk meraih sukses dalam kampanye politik masa depan. Para aktor politik yang mampu beradaptasi dengan perubahan ini dan mengintegrasikan metode konvensional dan digital secara cerdas akan memiliki keunggulan dalam berkomunikasi dengan pemilih dan memenangkan dukungan dalam politik Indonesia yang terus berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H