Film Innocence of Muslims; sebelumnya berjudul Innocence of Bn Laden (judul produksi: Desert Warrior, judul di internet: The Real Life of Muhammad and Muhammad Movie Trailer) benar-benar menjadi film yang berhasil membuat penontonnya “terkesima”, bagaimana tidak sebuah film yang tujuannya hanya untuk mempropaganda umat beragama diseluruh dunia, berhasil ditonton oleh jutaan umat beragama, khususnya umat muslim itu sendiri.
Aksi protes pun bermunculan,mulai dari aksi damai hingga aksi anarkis yang mengakibatkan melayangnya nyawa yang tidak ada kaitannya dengan film tersebut, alasannya sederhana, karena orang itu berkebangsaan Amerika. Tapi apa kaitan Kristen itu sendiri dengan film itu? Adakah Kristen menganjurkan film itu? Jawabannya TIDAK. Lalu kenapa harus Kristen yang mengalami akibat dari film itu sendiri? Sebuah kitab suci yang merupakan “buku” yang sangat disanjung umatnya kenapa juga harus mengalami akibat kemarahan?.
Ya, seorang pemuka agama bernama Abu Islam melakukan Pengrobekan dan Pembakaran Alkitab di Kairo Mesir seperti pengakuan Mary Abdelmassih kepada Asyur Internasional News Agency (aina.org).Lalu apa kaitan Alkitab itu sendiri dengan film Innocence of Muslims? Saya bahkan tidak menemukan keterkaitan Alkitab itu sendiri dengan film Innocence of Muslims. Sekarang masih maukah Indonesia berseru untuk menghentikan aksi pembakaran Alkitab tersebut, seperti aksi Indonesia yang menantang aksi pembakaran Alquran itu sendiri? Masih bisakah Indonesia menunjukan keadilan terhadap semua agama apabila agama tersebut menunjukan protes nya? Saya pikir TIDAK.Coba kita bercermin kembali pada aksi serupa di tahun 2010, sebuah kelompok agama di Malawi selatan Afrika diberitakan telah membakar alkitab/injil sebagai ungkapan protes. Hal itu disampaikan oleh seorang pejabat senior Asosiasi Muslim Malawi, apakah kita bisa mendengar suara Indonesia yang memprotes aksi tersebut? Bahkan sampai mengintervensi pemimpin di Mesir seperti yang dilakukannya dalam mengintervensi presiden AS untuk memblokir aksi-aksi yang menghina agama mayoritas di Indonesia.
Namun apa kah yang bisa kita petik dari ini semua. Pembakaran kitab suci agama manapun adalah perbuatan yang memalukan untuk dilakukan. Bahkan BUKAN MERUPAKAN SOLUSI TERHADAP SEBUAH KONFLIK AGAMA, yang ada hanya menimbulkan aksi serupa. Kalu sudah begini, adakah agama masih dipandang suci untuk menebar perdamaian?
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H