Mohon tunggu...
elcintia purba
elcintia purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara

Hobi menulis dan membaca serta menyalurkan apa yang saya pikirkan melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film

Analisis Paradigma Konstruktivis pada Film "Yuni" (2021)

7 Januari 2023   23:35 Diperbarui: 7 Januari 2023   23:38 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film Yuni mulai tayang di bioskop Indonesia pada Desember 2021 lalu. Film Yuni disutradarai oleh Kamila Andini. Film ini menuai banyak pro dan kontra di tengah masyarakat khususnya netizen Indonesia di media sosial. Bukan tanpa alasan, film ini mengangkat isu tentang problematika seorang perempuan di pedesaan. berikut sinopsis film yuni.

Film diawali dengan kisah seorang siswi SMA bernama Yuni (arawinda) yang akan segera lulus dan berencana melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Yuni dikenal sebagai siswa yang pintar dan berprestasi, seorang guru pun mebantu Yuni untuk mendapatkan beasiswa agar Yuni bisa berkuliah. Namun, Yuni memiliki satu kebiasaan buruk. Yuni sangat menyukai warna ungu. Yuni bahkan suka mencuri barang-barang yang berwarna ungu. 

untuk mendapatkan beasiswa, Yuni harus mendapatkan nilai terbaik di semua mata pelajaran. sayangnya, Yuni tidak begitu menyukai pelajaran bahasa Indonesia, ia mendapatkan nilai yang jelek. untuk memperbaiki nilainya, Pak Damar (Dimas aditya), guru bahasa indonesia Yuni meminta Yoga (Kevin Ardilova), adik kelasnya Yuni untuk membantunya belajar. seringnya Yuni dan Yoga belajar bersama membuat Yoga diam-diam mengagumi Yuni.

Permasalahan mulai muncul ketika Yuni dilamar oleh dua pria. Masyarakat desa percaya bahwa menolak lamaran akan menjauhkan kita dari jodoh. Kepercayaan dan stereotip masyarakat membuat Yuni bingung harus memilih menikah muda atau melanjutkan impiannya untuk berkuliah. dalam masa kebimbangannya, Yuni bertemu dengan Suci (Asmara Abigail), yang memiliki trauma terhadap pernikahan. Suci merupakan seorang janda korban KDRT sehingga memilih untuk pisah. Cerita Suci lantas membuat Yuni kembali berpikir soal pernikahan.

Yuni mencoba berdiskusi dengan orangtuanya, namun tidak menemukan solusi. semenara itu, masyaraka sekitarnya mendorongnya untuk menikah. Yuni semakin putus asa,ditambah masyarakat desa mulai membicarakannya. Sampai akhirnya Yuni mendengarkan manis dan pahitnya kehidupan pernikahan. Yuni memutuskan untuk tidak memutuskan apapun. pada akhir film dia memilih lari dan hidup bebas.

Pendalaman karakter dan penggunaan bahasa daerah pada film ini perlu diacungi jempol. akting yang mumpuni dan latar film yang sangat pas dengan kondisi perkampungan. namun yang ingin saya soroti kali ini adalah ending film yang menurut saya kurang tepat karena dapat menimbulkan stereotip baru dan opini-opini baru dalam masyarakat yang kurang tepat.

Paradigma konstruktivisme aadalah paradigma yang memandang sebuah permasalahan dan realitas dalam masyarakat bersifat subjektif. Realitas bisa berbeda-beda tergantung pada bagaimana konsepsi Ketika realitas itu dipahai oleh wartawan yang mempunyai pandangan yang berbeda (Gans, dalam Eriyanto, 2002:19). Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Teori konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil.

Pada film Yuni, ending yang karakter utamanya tidak jelas dalam menentukan jalan hidupnya menggambarkan seorang wanita yang tidak berpendirian, tidak mengenal dirinya sendiri, tidak bisa mengambil keputusan dan tidak dapat tegas.  tentu hal ini membawa dampak yang cukup berpengaruh, khususnya bagi penonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun