Dari sebuah puisi yang terdapat dalam kitab Arjuna Wijaya dan Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular, terselip sebuah nama "Ratangga" yang bermakna "Kereta Perang". Ada gambaran tentang kekuatan dan pejuang, yang tentunya sangat identik serta melekat pada Kereta Perang.
Nama "Ratangga" telah ditetapkan sebagai nama kereta dari Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta. Ratangga ini diharapkan akan selalu tangguh dan kuat untuk mengangkut para Pejuang Jakarta yang sedang berikhtiar demi kehidupan yang lebih baik.
"98,10 persen," ungkap Direktur Utama MRT-Jakarta William Sabandar, mengenai kondisi progres konstruksi pembangunan MRT saat pemaparan Forum Jurnalis-Blogger MRT pada 27/12/2018 lalu di MetroCafe Tosari Jakarta Pusat.
Hingga Desember 2018, progres pembangunan telah mencapai 98,10%. Progres tersebut terdiri jalur layang (elevated) dan depo telah mencapai 97,80%, serta jalur bawah tanah (underground) mencapai 98,41%. MRT-Jakarta fase 1 rute Bundaran Hotel Indonesia (HI)- Lebak Bulus, akan beroperasi secara komersial pada bulan Maret 2019 mendatang.
Total 16 rangkaian kereta Ratangga telah berada di rel di Depo Lebak Bulus Jakarta Selatan. Empat rangkaian terakhir telah tiba pada awal Desember 2018. Mulai 24 Desember 2018 hingga akhir tahun 2018 ini, kegiatan ujicoba operasi dalam tahap pararel trial run. Ujicoba berjalan terbatas karena pararel dengan kegiatan Integrated Test & Commisioning (ITC). Sifatnya sebagai persiapan OM staff (masinis, staf stasiun, staf pemeliharaan, OCC) dalam mengenali lintasan dan fasilitas stasiun (sarana-prasarana).
Untuk tahap full trial run akan dilaksanakan pada bulan Februari 2018. Masih dalam dukungan penuh kontraktor, full trial run akan dilakukan seusai ITC dan dijalankan dengan pola sesuai rencana dan belum untuk membawa penumpang secara komersial.
Dari enam stasiun bawah tanah, tiga diantaranya telah memiliki nama. Tiga korporasi telah berhasil memenangkannya melalui tender Transit Oriented Development (TOD), yang mana nama korporasi berhak dicantunkan pada nama stasiun. Ketiga nama stasiun tersebut adalah Stasiun Dukuh Atas BNI (Bank BNI), Stasiun Setiabudi Astra (Astra International), Stasiun Istora Mandiri (Bank Mandiri).
Tak lama lagi akan menyusul penamaan delapan stasiun. William mengatakan bahwa masa berlaku kontrak pemakaian nama stasiun selama sepuluh tahun, namun akan selalu di-review setiap tahunnya. Penamaan stasiun ditawarkan kepada berbagai korporasi dalam rentang jarak 700 meter dari lokasi stasiun. Untuk Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI), yang berada di luar radius 700 meter akan dapat mengajukan proposal tendernya.
Teknologi baru memunculkan spekulasi mahalnya tiket perjalanan. Tiket MRT-Jakarta masih terus digodok oleh pemerintah mengenai besarannya. Estimasi termahalnya sekitar Rp. 12.800,- untuk jarak tempuh 13 stasiun. Rp. 2.200,- untuk hitungan jarak tempuh per stasiun, serta Rp. 8.500,- untuk setiap jarak tempuh sepuluh kilometer.
MRT-Jakarta kelak hanya akan mengoperasikan 14 rangkaian kereta dan dua rangkaian disimpan sebagai cadangan. Satu rangkaian yang berisi 6 kereta ini, secara keseluruhan dapat mengangkut 1.200 hingga 1.800 orang penumpang. Kecepatan maksimal di jalur layang sekitar 100 km/jam, dan 80 km/jam di jalur bawah tanah. Panjang jalur 16 km dari Bundaran HI hingga Lebak Bulus, dapat ditempuh dengan waktu 30 menit saja.
Masyarakat umum akan dapat memperoleh informasi mengenai bagaimana rencana pengoperasian MRT-Jakarta, mulai dari informasi spesifikasi kereta, tiket kereta, hingga fasilitas yang tersedia di seluruh 13 stasiun.