GURU, digugu dan ditiru itu menurut orang tua kita selama ini yang kita dengar. arti dari kata gu·gu, meng·gu·gu adalah mempercayai, menuruti, mengindahkan. Jadi guru itu adalah sosok yang dipercayai, dituruti, diindahkan perkataannya dan ditiru perilakunya oleh murid-muridnya selama ia mengajarkan kebaikan dan tidak melanggar ajaran agama.
Apa yang terjadi jika kemudian ternyata guru yang seharusnya digugu dan ditiru malah berbuat tidak selayaknya?, bahkan sangat tidak pantas melakukan perbuatan yang jauh dari norma masyarakat bahkan moral agama? kehancuran masa depan bangsa lah yang kemudian akan dialami.
Akhir-akhir ini kita disuguhi berita-berita yang sangat memprihatinkan, terutama di dunia pendidikan. bagaimana mungkin kita tidak terusik, jika salah satu berita yang kita terima hari ini adalah berita tentang seorang guru yang tega menghancurkan masa depan murid yang masih berusia 14 tahun dengan menidurinya. Belum lama ini di Cibinong juga terjadi kejadian serupa, dimana seorang guru sebuah sekolah swasta yang seharusnya mengajari anak didiknya tentang moral, malah mengajari anak didiknya kebejatan moral. Bisa jadi kejadian yang terjadi di dua tempat berbeda ini hanya sebagian kecil yang terungkap, mengingat sudah semakin menghawatirkannya tingkat degradasi moral.
Mungkin patut dicermati maraknya anak-anak muda yang menjadi liar, senang tawuran, terlibat penggunaan obat-obat terlarang, mabuk-mabukan, berjudi, pergaulan bebas, dan lain sebagainya, salah satunya disebabkan oleh semakin berkurangnya sosok yang bisa digugu dan ditiru oleh murid-muridnya dalam hal kebaikan. malah yang dilihat oleh anak-anak adalah sosok yang mencontohkan ketidakpatutan dan keburukan.
Sungguh sangat memprihatinkan, sekarang sangat sulit rasanya menemukan orang yang "berpakaian" akhlak mulia, sudah jarang orang memiliki rasa malu, malah makin banyak orang yang tidak tahu malu. Padahal malu adalah sumber ajaran moral. Orang yang masih memiliki malu pasti akan berfikir seribu kali ketika tergoda untuk melakukan suatu perbuatan hina. Kemudian pasti malu jika perbuatannya diketahui orang lain, selanjutnya malu pada diri sendiri, dan pada akhirnya malu kepada Tuhan.
Maka pantas dalam ajaran Islam, kita diajarkan tentang malu melalui sabda Rasul, yaitu: "Malu adalah bagian dari iman". Kalau di ibaratkan, Malu dan iman adalah dua sejoli yang tidak bisa berjauhan. Tidak dikatakan beriman, orang yang tidak memiliki rasa malu, dan sebaliknya tiada malu bagi orang yang tidak beriman.
Jikalau saja bangsa kita memiliki rasa malu, mungkin tidak akan pernah ada kejadian seorang guru meniduri anak didiknya, tidak akan pernah ada cerita para pejabat melakukan korupsi, tidak akan pernah ada perampokan, tidak akan pernah ada peristiwa perkosaan di angkot, tidak akan pernah ada ketidak adilan, dan lain sebagainya. karena mereka akan malu kepada orang lain, malu kepada hati nurani dan tentunya malu kepada Tuhan.
orang bijak bilang, "ibda binafsik" "mulailah dari diri sendiri"
Mulai dari sekarang, yuuk kita tanam rasa MALU pada diri kita... dan jangan malu-maluin...:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H