Mohon tunggu...
Elbasyari Hartono
Elbasyari Hartono Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa di kampus UIN Raden Mas Said Surakarta. Aktif dalam kegiatan organisasi internal kampus. Saat ini sedang menyukai dunia fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Mahasiswa yang Moderat

28 Mei 2024   11:13 Diperbarui: 28 Mei 2024   11:24 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Moderasi beragama gencar disuarakan di era sekarang dan menjadi cara bersikap dalam hal beragama. Tak luput juga di dunia pendidikan salah satunya di kampus juga banyak disuarakan mengenai moderasi beragama ini. Lantas apa sih yang dimaksud moderasi beragama itu?. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moderasi memiliki arti yaitu penjauhan dari keekstreman atau pengurangan kekerasan. Sedangkan dalam bahasa Arab, Kata moderasi diartikan "al-wasathiyyah". Menurut Al-Asfahaniy "wasathan" berarti tengah-tengah diantara dua batas, atau dengan keadilan, yang tengah-tengan atau yang standar atau yang biasa-biasa saja. 

Moderasi menurut penulis adalah cara kita menyikapi perbedaan agama yang ada dengan tidak menggangu dan membebaskan agama lain untuk beribadah. Dalam hal ini juga dapat diartikan sebagai tindakan yang tidak ekstrem atau berlebihan terhadap suatu ajaran agama. Karena tindakan yang berlebihan atau ekstrem dapat menimbulkan tindakan intoleran. Salah mengartikan dalam hal memahami ajaran agama juga berpotensi menjadikan paham radikal. 

Perbedaan seringkali menjadi faktor dari munculnya tindakan intoleran. Lantas sebagai seorang mahasiswa kita dituntut untuk saling menghargai perbedaan. Mahasiswa yang moderat yaitu mahasiswa yang mampu menerapkan nilai-nilai moderasi beragama baik itu dalam konteks dengan agama lain atau dengan perbedaan pandangan di dalam agamanya sendiri. Terkadang hal yang berpotensi menimbulkan pertikaian atau permasalahan lebih sering muncul di dalam suatu agama. Contohnya di dalam agama islam, di indonesia yang mayoritas beragama islam terdapat banyak organisasi masyarakat seperti Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah, Majelis Tafsir Al Qur'an dan yang lainnya.

Banyaknya organisasi masyarakat itu terkadang menghasilkan suatu perbedaan pendapat. Dewasa ini perbedaan yang terjadi di suatu agama lebih sering menimbulkan perdebatan dan permasalahan dibandingkan permasalahan beda agama. Oleh karena itu mahasiswa yang moderat tentunya harus memperhatikan permasalahan perbedaan pendapat di dalam suatu agama. Karena menurut penulis moderasi beragama itu mencakup luas tidak hanya tentang perbedaan agama akan tetapi perbedaan yang sering muncul di dalam suatu agama.

Padanan kata yang bermakna moderasi beragama dalam Al-Quran dan Hadis telah disejajarkan oleh pakar Islam dengan kata wasathan. Kata ummatan wasathan seringkali dijadikan sebagai rujukan tentang moderasi beragama karena ciri-ciri orang moderat adalah adil yang dalam pandangan orang Islam disebut dengan wasathiyyah. Wasathiyah dalam al-Quran disebut dengan menggunakan kata wasathan yang disandingkan dengan kata ummatan terdapat dalam QS. al-Baqarah/2: 143.

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

Quraish Shihab memahami kalimat ummatan wasaan sebagai umat pertengahan dalam menyikapi dunia; tidak mengingkari dan menilainya maya, tetapi tidak juga menganggap kehidupan dunia segalanya. Ini artinya, ummatan wasaan adalah umat yang memiliki keseimbangan antara dunia (materi) dan akhirat (spiritual)- nya. Menurutnya, keberhasilan manusia di akhirat ditentukan oleh iman dan amal saleh di dunia. Manusia tidak boleh tenggelam dalam materialisme, tidak juga membumbung tinggi dalam spiritualisme. Ketika pandangan mengarah ke langit, kaki harus tetap berpijak di bumi.

Dalam hal ini mahasiswa sebagai agen perubahan sekaligus aktor utama di dalam kampus, sudah seharusnya menerapkan moderasi beragama di kehidupan sehari-hari. Tak dapat dipungkiri di suatu kampus terdapat perbedaan salah satunya adalah dalam hal agama. Mahasiswa berasal dari berbagai suku, golongan , maupun agama yang berkumpul di dalam satu kampus. Mahasiswa dituntut untuk hidup berdampingan dan menjaga satu sama lain. Sebagai realisasi tindakan yang dapat dilakukan mahasiswa antara lain sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat menjadi contoh sekaligus penggerak dalam menerapkan nilai-nilai moderasi di kampus.

2. Mahasiswa dapat mewujudkan kehidupan kampus yang rukun saling menghormati perbedaan yang ada.

3. Mahasiswa dapat memberi pemahaman kepada warga kampus mengenai konsep moderasi beragama melalui berbagai kegiatan yang dapat dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun