Sebagai aktor utama dalam dunia Pendidikan, guru wajib memiliki kemampuan pedagogi karena mendidik itu sendiri merupakan sebuah seni yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Kemampuan memilih metode, strategi, Teknik, dan media yang tepat sangat mempengaruhi ketercapaian sebuah tujuan pembelajaran. Selain itu, guru juga harus memiliki pemahaman bahwa setiap siswa memiliki keunikannya masing-masing dan harus dijadikan landasan dalam mempersiapkan pembelajaran yang bermakna.
Setiap anak memiliki kemampuan, minat dan bakat serta gaya belajar yang berbeda. Artinya, setiap anak memiliki cara mengumpulkan informasi dan menyerap ilmu pengetahuan yang berbeda pula. Ada anak yang mudah memahami sesuatu melalui apa yang dilihatnya (visual), ada anak yang dapat dengan mudah mempelajari sesuatu melalui apa yang didengarnya (audio), dan ada pula anak yang cenderung suka terlibat langsung dalam kegiatan fisik untuk memahami sesuatu (kinestetik).Â
Selain itu, anak yang berjiwa seni akan lebih tertarik jika pembelajaran disampaikan dengan mengintegrasikan kesenian di dalamnya. Begitu pula dengan anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang tinggi akan mudah jika diminta untuk menyampaikan pemahamannya melalui presentasi di depan kelas.Â
Guru tidak dapat memukul rata semua siswa, seperti yang dikatakan ilmuan terkenal, Albert Einstein : "Semua orang itu jenius, namun jika anda memandang seekor ikan berdasarkan kemampuan memanjat pohon, maka selamanya ikan itu akan merasa bodoh karena tidak bisa memanjatnya". Guru haruslah mampu melihat keunikan dalam setiap diri siswa dan  memfasilitasi serta memotivasi siswa dalam belajar sesuai dengan bakat, minat, serta gaya belajar mereka yang beragam. Jika guru telah memahami adanya keunikan ini, maka tidak ada lagi 'pemaksaan' dalam pembelajaran: anak akan merdeka dalam belajar.
Menurut filosofi Ki Hajar Dewantara, guru bertanggung jawab untuk menuntun anak agar mereka menjadi merdeka, yakni dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan zamannya guna mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Untuk meraih kemerdekaan tersebut, seorang guru hendaknya merubah mindsetnya dari paradigma guru mengajar (behaviorisme) menjadi siswa belajar (konstruktivisme) (Fitra, 2022).Â
Guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa difasilitasi untuk berekspolarasi dan didorong untuk berpikir kritis dalam belajar sehingga siswa mampu menjadi pembelajar yang mandiri (autonomous leaners). Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru adalah pembelajaran berdiferensiasi, dimana siswa diberikan kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu usaha atau proses untuk menyesuaikan sistem pembelajaran di kelas dengan kebutuhan belajar dan kemampuan setiap siswa yang berbeda-beda (Fitra, 2022). Pembelajaran berdiferensiasi dibagi menjadi tiga strategi.
- Diferensiasi konten : apa yang akan dipelajari siswa dan media apa yang akan digunakan dalam menyampaikan topik tersebut sesuai dengan minat dan/atau gaya belajar siswa (visual, auditori, kinestetik).
- Diferensiasi proses : bagaimana siswa akan mengkonstruksi materi yang dipelajari, apakah secara individu, berkelompok, dan alur kegiatan yang akan dilakukan siswa dalam mempelajari satu materi.
- Diferensiasi produk : hasil apa yang diharapkan dari setiap siswa sebagai bukti pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari. Hal ini harus disesuaikan dengan minta serta bakat siswa, sehingga hasil nya bisa beragam.
Dengan mempertimbangkan ketiga faktor diatas, proses pembelajaraan diharapkan dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi para siswa. Siswa merasa nyaman dalam belajar, menikmati pembelajaran karena tidak ada pemaksaan dalam setiap prosesnya.Â
Kesuksesan siswa tidak lagi dinilai dari ketercapaian KKM, tetapi menitik beratkan pada peningkatan keterampilan, baik dari segi hard skill maupun soft skill. Pembelajaran juga akan menjadi lebih bermakna, karena peserta didik dilibatkan secara langsung dalam mencari informasi, mengolahnya menjadi ilmu pengetahuan, serta menerapkannya dalam sebuah karya. Untuk itu, diharapkan guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang nyaman, mencari strategi yang tepat, dan mengembangkan bahan ajar serta media yang sesuai dengan profil belajar siswa, demi terwujudnya merdeka belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H