Duduk Bersebelah Lampu saat senja berjalan di bibir telaga di sudut tikungan yang sarat lindap kulihat dia, lampu yang duduk di rerumput dengan kepala terbenam bertumpu lutut nafasnya terengah, bibirnya pecah, tangannya patah kuhampiri lampu dan duduk di sampingnya bukan untuk bertanya apa sebab dan masalah bukan lekas memapah atau sekedar mengoles obat merah aku hanya duduk disebelahnya duduk berlama-lama hingga ia mengangkat wajah menyadari ada karib disebelahnya karena aku tahu, ia tidak butuh tangan dan ucapanku karena aku tahu, luka yang paling besar baginya adalah malam yang beranjak datang tanpa untaian cahaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H