Baru saja Ketua  Fraksi DPD Gerindra M.Taufik menggadang-gadang Sjafrie Sjamsoeddin ( SS )menjadi Calon Gubernur DKI 2017, bahkan semua orang sudah yakin bahwa Gerindra akan memilih SS sebagai Calon terpilih dari Partai Gerindra, Sang Dewan Pembina Prabowo malah memilih Lain.
Rasanya baru kemarin, M.Taufik menohok dan mengecilkan sang Petahana Basuki Tjahaya Purnama, Ahok akan habis elektabilitasnya melawan SS dan menurut versi  Lembaga survey-nya, elektabilitas SS  sudah meningkat tajam  padahal baru mengunjungi Kampung Luar Batang, Jakarta Utara.
Bagi M.Taufik dan kawan-kawannya  berkeyakinan  untuk mengalahkan  Ahok yang keras harus  dengan orang yang keras juga, dari Kalangan TNI atau purnawirawan TNI.  Tidak hanya itu, Budi Waseso (Buwas)  Perwira  Polri masih aktif dan terkenal  garang juga dicalonkan oleh Partai besutan Prabowo ini.  Menurut Sufmi Dasco Ahmad, Wakil Ketum Gerindra, Buwas merupakan profil yang cocok untuk mengalahkan Ahok. Buwas memiliki sifat yang tegas dan tanpa kompromi semasa menjadi Bareskrim  dan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).
Dari tiga  tokoh yang diajukan kepada sang Dewan Pembina Partai Gerindra:  Sjafrie Sjamsuddin, Budi Waseso dan Sandiaga uno, nama Sandiaga uno selalu mendapatkan urutan yang terakhir  disebutkan dan selalu menduduki  sebagai Calon Wakil Gubernur saja. SS dengan Uno atau Buwas dengan Uno.  Rupanya  para anggota dan DPP Partai tidak yakin kemampuan S.Uno menduduki jabatan Gubernur DKI  dan dianggap sebagai pelengkap dari kedua tokoh lainnya.
Sjafrie Sjamsuddin, bekas Wakil Menteri Pertahanan era SBY,  optimis akan terpilih oleh Prabowo subianto sebagai calon yang diajukan oleh Partai Gerindra. Kedekatan selama ini dengan Prabowo Subianto  selama masih sekolah di kawah candradimuka  Akabri  Magelang serta waktu masih menjabat sebagai Pangdam Jakarta  memberi keyakinan yang lebih besar  untuk mencalonkan  dirinya sebagai Cagub DKI 2017 yang diusung oleh Partai Gerindra.  Safari politiknya ke partai Demokrat untuk minta restu kepada Ketum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudoyono (SBY) serta  kunjungannya kepada warga Luar Batang, Jakarta Utara, menunjukkan kesiapan dirinya untuk menjadi lawan yang sebanding dengan Ahok. PKS  melalui  Hidayat Nur Wahid juga menyatakan dukungannya kepada SS apabila mencalonkan dirinya sebagai Cagub DKI, sebagai seorang yang dianggap cocok untuk memimpin Jakarta.
Buwas atau Budi Waseso yang saat ini masih menjabat sebagai Kepala BNN tidak begitu merespons tawaran  dari Partai Gerindra  untuk menjadi calon Gubernur DKI  periode 2017-2022.  Tidak hanya Partai milik Prabowo saja, Partai Amanat Nasional dan PKS juga menjagokan sebagai penantang ahok . Namun sampai saat ini, keinginan para partai untuk memilih Buwas harus ditangguhkan, karena Buwas masih asyik sebagai  kepala yang membidangi masalah pemberantasan Narkotika.
Dengan semakin menguatnya dukungan kepada Sjafrie Sjamsudin dari beberapa partai politik, seperti PKS, PAN  dan Partai Gerindra sendiri  sebenarnya sudah cukup bagi partai Gerindra  dan Rekan-rekannya  untuk mengusung Sjafrie Sjamsuddin sebagai Calon Gubernur DKI 2017. Namun entah suara darimana yang mempengaruhi  sang Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto malah memilih Sandiaga Uno sebagai Calon Gubernur dari  Partai Gerindra, demikian pikiran dari para DPP Gerindra.
Sandiaga Uno yang selama ini hanya mendapat  nomor  tiga dari pilihan yang diajukan oleh DPP  Partai Gerindra malah menyodok menjadi nomor satu dihadapan Prabowo. Tingkah lakunya yang sopan dan cengengesan  malah dipilih oleh Prabowo  daripada SS yang tegas  dan Buwas  yang garang. Misi Ekonomi Kerakyatan dan aksi blusukan  dari S.Uno yang meniru Jokowi  malah lebih menarik bagi sang Dewan Pembina Gerindra.  Ahok yang keras dan tegas akan ditandingkan dengan Sandiaga Uno yang santun dan kelihatan lemah serta cengengesan, yakinkah Prabowo akan memenangkan pertandingan ini ?Â
Di dalam ilmu persilatan dikenal dua macam aliran, yang menitik beratkan pada ilmu Tenaga luar dan aliran ilmu tenaga dalam. Seseorang yang ahli  ilmu tenaga luar akan tampak dari otot-ototnya yang besar dan kuat  seperti atlet angkat berat atau atlet body building. Sedangkan yang mempunyai kemampuan tenaga dalam  tidak nampak secara kasat mata pada tubuhnya, namun konon kabarnya mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada yang mempunyai kemampuan tenaga luar.Â
Contohnya Limbat, meskipun ukuran tubuhnya  biasa saja seperti orang normal namun kemampuannya menarik sebuah truk yang berbobot 8 ton membuktikan kemampuannya tidak kalah dengan atlet angkat berat, bahkan juara olimpiade sekalipun.  Apakah alasan diatas yang mendasari pemikiran Prabowo sebagai Presiden Pencak Silat Dunia,  untuk memilih S.Uno sebagai Cagug DKI,  Ilmu tenaga Luar yang cenderung keras dan kasar akan dikalahkan Ilmu tenaga dalam yang halus. Yang jelas Pilkada DKI bukan ajang persilatan  yang adu tenaga namun elektabilitas, mampukah Sandiaga Uno yang dipandang sebagian orang kurang tegas namun santun mampu mengalahkan elektabilitas Ahok yang tegas dan keras.
Dari hasil survey beberapa Lembaga Survey  menempatkan Ahok dengan elektabilitas paling tinggi, dibelakangnya  berturut-turut Yusril Iza Mahendra dan Tri Risma Harini yang saat ini masih menjabat sebagai walikota Kota Surabaya, Jatim.  S.Uno jauh sekali elektabilitasnya dibanding ketiga orang tersebut, bahkan ada yang menyebutkan elektabilitas Sandiaga dibawah 1 persen atau nol koma sekian persen. Elektabilitas S.Uno selama 8 bulan terakhir juga tidak menunjukkan peningkatan yang berarti, malah disusul oleh Sjafrie Sjamsuddin yang baru saja mendeklarasikan dirinya sebagai Cagub DKI.  Lalu apakah alasan yang mendasari  Prabowo untuk memilih S.Uno sebagai calon yang diunggulkan oleh Partai Gerindra.