Di era perkembangan teknologi yang semakin maju, proses pembelajaran tidak lagi terbatas di ruang kelas saja, namun proses belajar dapat juga dilakukan melalui teknologi digital. Teknologi digital telah menghadirkan berbagai inovasi yang dapat memudahkan pendidik maupun peserta didik dalam melakukan pembelajaran. Salah satu teori yang relevan dalam mendukung perkembangan teknologi saat ini adalah 'teori belajar sibernetik'.
Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata 'Cybernetic' yakni sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik. Kata 'Cybernetic' yang selanjutnya ditulis dengan kata sibernetik berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengendali atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol mesin komputer. Istilah ini dipakai pertama kali oleh Louis Couffignal tahun 1958. Kini istilah sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan internet, kecerdasan buatan dan jaringan komputer. Istilah  'Cybernetic' pertama kali dikeluarkan oleh Nobert Wiener, seorang ilmuwan dari Massachussets Institut Of Technology (MIT), untuk menggambarkan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Istilah ini digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik (feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi. Abdul Hamid (2009) menyatakan menurut teori belajar sibernetik yang terpenting adalah "Sistem Informasi" dari apa yang akan dipelajari pembelajar, sedangkan bagaimana proses belajar akan berlangsung dan sangat ditentukan oleh sistem informasi tersebut. Oleh karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada satu jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori sibernetik berfokus pada prinsip pengolahan informasi, sistem umpan balik (feedback), dan kemampuan adaptasi dalam sebuah sistem. Dalam konteks pembelajaran, teori ini mengacu pada bagaimana peserta didik dapat menerima, mengolah, dan memproses informasi yang terjadi di sekitar dan sedang terjadi saat ini. Konsep ini sangat berkaitan dengan proses belajar modern, yang di mana peserta didik dapat memperoleh berbagai informasi melalui internet, mengolah data secara digital, dan menggunakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Dalam teori sibernetik ini teknologi digunakan untuk menyesuaikan materi dan metode pengajaran agar dapat sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik. Dengan terpenuhinya kebutuhan individu peserta didik, hal tersebut dapat menciptakan pengalaman belajar yang mengesankan dan baik bagi peserta didik. Selain itu, teori ini dapat mengoptimalkan proses belajar peserta didik.
Â
Dampak Positif pada Hubungan Sosial Peserta Didik
Teori sibernetik ini memiliki beberapa dampak positif pada hubungan sosial peserta didik antara lain :
- Memudahkan akses belajar, peserta didik dapat melakukan kegiatan pembelajaran tidak hanya dikelas namun dapat melalui aplikasi digital (Zoom, Meet, Google Classroom, dan lain-lain).
- Meningkatkan kemampuan komunikasi secara global, dengan kemudahan komunikasi peserta didik dapat berinteraksi dan memperluas wawasan dengan beberapa orang dari luar daerah maupun luar negeri.
- Memudahkan berkolaborasi melalui teknologi (Zoom,WhatsApp, dan lain-lain), peserta didik dapat dengan mudah menjalin komunikasi dan bertukar pikiran dengan rekan kelompok kerja walaupun terhalang jarak.
- Memudahkan akses ke dukungan sosial, peserta didik dapat mengikuti beberapa komunitas bakti sosial atau komunitas organisasi kemanusiaan melalui berbagai aplikasi digital (Instagram, Facebook, WhatsApp, dan lain-lain).
Dampak Negatif pada Hubungan Sosial Peserta Didik
Adapun dampak negatif  teori sibernetik pada hubungan sosial peserta didik, antara lain: Â
- Kesenjangan digital, tidak semua peserta didik memiliki latar belakang ekonomi yang cukup. Hal tersebut yang menjadikan adanya kesenjangan digital, peserta didik yang memiliki latar belakang ekonomi yang kurang merasa terpinggirkan.
- Ketergantungan pada teknologi, peserta didik menjadi malas berpikir dan membaca setelah munculnya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Mereka cenderung hanya mengandalkan kecerdasan buatan tersebut dalam mengerjakan tugas, mereka biasanya langsung menyalin (copy paste) jawaban yang disediakan oleh kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) itu. Hal tersebut dapat mengurangi hubungan sosial dengan teman dalam membahas dan mengerjakan tugas.
- Resiko konflik dan Cyberbullying, interaksi pada dunia digital tidak sepenuhnya berjalan harmonis. Pada kenyataannya masih banyak ditemukan kata-kata kasar untuk merundung seseorang. Biasanya juga terjadi saling mengejek antar perbedaan seperti agama, ras, dan kepercayaan. Hal tersebut jika diteruskan akan dapat menimbulkan perpecahan dan menjatuhkan mental seseorang.
- Isolasi sosial, ketergantungan pada teknologi dapat mengurangi interaksi  tatap muka antara guru dengan peserta didik. Peserta didik dalam mengikuti pembelajaran secara daring biasanya cenderung tidak fokus terhadap pembelajaran yang berlangsung, mereka lebih fokus dengan kegiatan lain seperti bermain game dan bermain media sosial. Hal tersebut dapat menimbulkan hubungan yang tidak harmonis antara guru dengan peserta didik.  Â
Â
Upaya Mengoptimalkan Dampak Positif dan Meminimalkan Dampak Negatif
Untuk memastikan bahwa penerapan teori belajar sibernetik membawa manfaat maksimal tanpa mengorbankan hubungan sosial peserta didik, beberapa langkah dapat diambil:
- Meningkatkan Kesadaran Digital. Pendidikan mengenai teknologi digital perlu ditekankan sejak pendidikan dasar. Namun pembelajaran mengenai teknologi digital tersebut juga harus dikontrol artinya pembelajaran teknologi digital harus sesuai jenjang pendidikan masing-masing.
- Mendorong Kombinasi Pembelajaran. Mengombinasikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran berbasis sibernetik dapat membantu peserta didik menjaga hubungan sosial antara guru dengan peserta didik. Pendekatan blended learning dapat menjadi solusi yang efektif untuk membangun hubungan interaksi yang baik.
- Melibatkan Orang Tua dan Guru. Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam memantau dampak teknologi pada hubungan sosial peserta didik. Mereka harus mendidik anaknya/peserta didik agar tidak hanya bermain gadget, namun mereka juga harus aktif di berbagai aktivitas di dunia nyata seperti olahraga, mengikuti ekstrakurikuler, kegiatan sosial, dan lain-lain.
- Mendorong Aktivitas Sosial Digital yang Positif. Peserta didik dapat turut berpartisipasi kegiatan sosial digital melalui komunitas sosial, komunitas seni, komunitas musik, dan lain-lain. Hal tersebut dapat menumbuhkan nilai sosial, ketrampilan dan lain-lain.