AWAL Februari 2021 Partai Demokrat paling banyak menyedot perhatian publik. Hal ini tak lepas dari adanya pernyataan mengejutkan dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebagai ketua umum partai.Â
Tepatnya, Senin, 1 Februari 2021, AHY mendadak mengumpulkan segenap pengurus partai dan menggelar konferensi pers. Dalam kesempatan itu, dia secara gamblang menyatakan bahwa ada beberapa pihak mantan kader, kader aktif dan pejabat tinggi negara lingkar istana hendak mengkudeta kedudukannya.Â
Berdasarkan informasi yang saya himpun dari portal berita online, pemberitaan di media televisi dan chanel youtube, tuduhan kudeta tersebut didasari adanya pertemuan terbatas antara KSP, Moeldoko dengan beberapa deklarator Partai Demokrat dan kader aktif. Dalam pertemuan itu, konon kabarnya membahas soal kekecewaan deklarator terhadap kepemimpinan AHY.Â
Meski begitu, tudingan kudeta telah dibantah. Bahkan, Moeldoko dengan tegas menampik tuduhan dimaksud. Mantan Panglima TNI ini dalam keterangan pers yang tersebar di beberapa chanel youtube menekankan lima poin penting. Isinya sebagai berikut:Â
1. Jangan menyebut isu upaya pengalihan dengan pihak istana.Â
2. Jangan ganggu Jokowi, yang disebut Moeldoko tidak tahu apa-apa soal isu ini.Â
3. Jadi pemimpin jangan "baper" dan jangan mudah terombang-ambing.Â
4. Jika tidak ingin anak buahnya kabur, lebih baik diborgol saja.Â
5. Kudeta itu tidak berasal dari luar, tapi dari dalam partai.
Namun demikian hal di atas adalah pernyataan Moeldoko. Kita tidak pernah tahu isi hati sebenarnya. Lagipula, AHY pun tidak akan gegabah menyampaikan adanya wacana kudeta ke publik, bila tidak didasari bukti-bukti atau saksi kuat.Â
Lepas benar tidaknya ada rencana kudeta. Yang perlu digarisbawahi adalah sikap AHY. Bagi saya, sikapnya itu berlebihan. Padahal, bila merasa kondisi di internal partai kuat dan solid, AHY mestinya tidak usah panik. Dia cukup menyikapi isu tersebut dengan tenang, kemudian melakukan konsolidasi ke dalam.Â