Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ambyar, Pandji "KO" Saat Tamrin Tomagola "Serang Balik"?

23 Januari 2021   12:02 Diperbarui: 23 Januari 2021   12:07 3634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


SEBELUM membahas lebih jauh tentang isi judul di atas, ada baiknya kita mengingatkan siapa Tamrin Tomagola. Dia adalah seorang sosiolog dari Universitas Indonesia. Namanya sempat viral beberapa waktu lalu, kala perisitiwa penyiraman air minum (diduga teh) oleh mantan Sekum FPI, Munarman beredar luas (kembali) di media sosial. 

Setelah itu nama Tamrim Tomagola kembali tenggelam. Hanya Munarman yang terus-terusan menjadi pusat perhatian publik. Sebab, dia terus menjadi sorotan seiring tindak-tanduknya dalam membela ormas Islam yang dinaunginya. Front Pembela Islam (FPI). 

Adalah komika tenar Pandji Pragiwaksono yang mengingatkan kembali publik terhadap sosok Tamrin Tomagola. Gara-garanya sang stand up comedy-an mengutip pernyataan sang sosiolog pada program wawancara dirinya dengan dua mantan anggota FPI. Dan, videonya beredar luas. 

Menurut Pandji, sang sosiolog Tamrin Tomagola pernah mengatakan bahwa FPI adalah ormas yang terbuka bagi masyarakat. Ulamanya selalu ada saat warga membutuhkan. Sedangkan ormas islam lainnya, NU dan Muhammadiyah justeru jauh. Karena menganggap dirinya sebagai salah satu kelompok elite. 

Perbandingan yang menurut saya tidak aple to aple ini yang mengakibatkan Pandji dijadikan bulan-bulanan publik dan warganet. Cibiran, cacian dan sindiran keras tampaknya menjadi sarapan pagi Pandji setelah peristiwa tersebut. 

Menjadi hak Pandji untuk memihak FPI dan memujinya setinggi langit. Bebas. Toh, ini negara demokrasi. Namun, dia lupa bahwa apa yang dia sampaikan tentang kebaikan FPI serta "menjelekan" NU dan Muhammadiyah tersebut waktunya tidak tepat dan tidak relevan. Dia tidak mau membuka diri terhadap apa yang terjadi di lapangan. 

Pertama, kutipan yang disampaikan Pandji telah basi. Pernyataan Tamrin tersebut menurutnya terjadi pada tahun 2012 lalu. Atau kurang lebih sembilan tahun lalu. Sedangkan hari ini telah sama-sama kita ketahui ormas islam dimaksud telah dibubarkan. Bahkan, dianggap sebagai organisasi terlarang. 

Pembubaran FPI oleh pemerintah tentu tidak sembarang. Ada hal-hal atau fakta yang menguatkan. Misal, kerap terlibat dalam aksi radikal, sweeping yang disertai kekerasan, merongrong kedaulatan pemerintah dan intoleran. Semua itu kerap membuat gaduh bangsa dan negara. 

Kedua, Pandji seolah enggan atau mungkin sengaja "menyembunyikan" fakta demi kepentingan dia dan kelompok FPI. Jika dia mau objektif, harusnya paham bahwa sumbangsih NU dan Muhammadiyah terhadap bangsa dan negara jauh lebih besar dibanding ormas islam besutan Habib Rizieq Shihab tersebut. 

Usia dua ormas islam besar yang telah uzur bila diibaratkan manusia, pastinya terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan RI. Lalu, dalam konteks pendidikan dan kesehatan, NU dan Muhammadiyah lagi-lagi jauh lebih unggul. 

Kita tahu, dan Pandji tidak usah menutup mata. Begitu banyak lembaga pendidikan dan kesehatan yang dua ormas islam besar ini bangun demi kesejahteraan dan kebaikan masyarakat.

Bahkan, menukil pengakuan salah seorang anggota NU, Gus Miftah, dalam podcast Deddy Corbuzier. Yang bersangkutan saat ini telah menampung kurang lebih 200 orang anak-anak terlantar untuk disekolahkan di pesantren miliknya. Dan, itu semuanya gratis. Bahkan, keperluan sandang papannya pun dia yang membiayai. 

Hal tersebut membuktikan bahwa ormas islam besar itu tak seperti yang Pandji omongkan. Terlepas, hal itu katanya hasil kutipan dari Thamrin Tomagola. 

Wajar saja, jika akhirnya Pandji Pragiwaksono menjadi bahan bully-an netizen dan publik pada umumnya. Dia dianggap pro FPI yang kini telah dibubarkan. 

Ibarat dalam sebuah pertandingan tinju, tindakan Pandji ini telah membuatnya tersudut di pojok ring. Tidak mampu melakukan pukulan serangan. Hanya bisa bertahan, agar tak roboh. 

Namun, sepertinya pertahanan Pandji tak cukup kuat. Pertahanannya bobol juga setelah akhirnya Tamrin Tomagola meluruskan atau mengklarifikasi apa yang telah dikatakannya terhadap Pandji. Dan,  sepertinya sang komedian tersebut knock out alias KO. 

Melalui akun Twitter @tamrintomagola, sosisolog tersebut mengudar lima butir alasan soal pernyataannya yang membuat gaduh situasi. Ada dugaan, Pandji telah salah tafsir atau keliru dalam mengintepretasi pernyataan Tamrin Tomagola. 

Apa saja klarifikasi yang disampaikan Thamrin tersebut. Berikut saya sajikan di bawah ini: 

Pertama, konteks pembicaraan saat itu (tahun 2012, red.) adalah membahas kondisi kehidupan kelompok miskin kota di perkampungan kumuh miskin Jakarta. Kedua, NU dan Muhammadiyah kurang menyambangi, mendampingi, dan meringankan beban kehidupan umat miskin kota dan perkampungan kumuh miskin Jakarta.

Ketiga, kekosongan pendampingan itu kemudian diisi oleh FPI. Keempat, FPI mempunyai konsep "Kiai Kampung" yang pintu rumahnya terbuka 24 jam untuk umat kelompok miskin kota di perkampungan kumuh miskin Jakarta; sama seperti terbukanya rumah para Kiai NU di pedesaan Jawa dan Kalimantan. Kelima, penggunaan kata "rakyat" dan "elitis" sebaiknya ditanyakan sendiri kepada Saudara Pandji. 

Nah, dari klarifikasi di atas, jelas bahwa Tamrin Tomagola hanya membeberkan "kebaikan" FPI sebatas di wilayah kumuh atau kelompok miskin Jakarta. Atau mungkin saja hanya terjadi di Petamburan. Sebagai basis dari FPI. 

Jika itu jadi acuannya boleh-boleh saja Pandji utarakan. Mungkin faktanya demikian. Namun, harusnya dia juga menyebutkan batas wilayahnya. Jangan sampai timbul persepsi bahwa Pandji ingin menggiring opini sendiri. FPI itu baik, sementara NU dan Muhammadiyah jelek. Ini bahaya bila masyarakat Indonesia menyimpulkan pendapat Profesor Tamrin tersebut. Padahal, faktanya tidak demikian. 

Satu hal lagi yang menarik. Tamrin Tomagola menampik kata-kata "rakyat" dan "elitis" yang kerap di sampaikan Pandji dalam video youtube-nya. 

Pertanyaannya, dari mana Pandji memperoleh kedua kata tersebut? Jangan-jangan ini bisa-bisanya dia saja untuk menggoreng dan memanaskan tensi politik untuk maksud tertentu. Wallahuallam Bhi Shawab.

Ah, sudahlah. Yang pasti kita tunggu saja respon Pandji dengan adanya klarifikasi Tamrin Tomagola. Apakah dia memiliki argumen yang bisa membuatnya lolos dari serangan netizen atau malah diam seribu bahasa. Lantaran, klarifikasi Tamrin telah membuatnya terpojok di sudut ring dan knock out. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun