Bahkan, menukil pengakuan salah seorang anggota NU, Gus Miftah, dalam podcast Deddy Corbuzier. Yang bersangkutan saat ini telah menampung kurang lebih 200 orang anak-anak terlantar untuk disekolahkan di pesantren miliknya. Dan, itu semuanya gratis. Bahkan, keperluan sandang papannya pun dia yang membiayai.Â
Hal tersebut membuktikan bahwa ormas islam besar itu tak seperti yang Pandji omongkan. Terlepas, hal itu katanya hasil kutipan dari Thamrin Tomagola.Â
Wajar saja, jika akhirnya Pandji Pragiwaksono menjadi bahan bully-an netizen dan publik pada umumnya. Dia dianggap pro FPI yang kini telah dibubarkan.Â
Ibarat dalam sebuah pertandingan tinju, tindakan Pandji ini telah membuatnya tersudut di pojok ring. Tidak mampu melakukan pukulan serangan. Hanya bisa bertahan, agar tak roboh.Â
Namun, sepertinya pertahanan Pandji tak cukup kuat. Pertahanannya bobol juga setelah akhirnya Tamrin Tomagola meluruskan atau mengklarifikasi apa yang telah dikatakannya terhadap Pandji. Dan, Â sepertinya sang komedian tersebut knock out alias KO.Â
Melalui akun Twitter @tamrintomagola, sosisolog tersebut mengudar lima butir alasan soal pernyataannya yang membuat gaduh situasi. Ada dugaan, Pandji telah salah tafsir atau keliru dalam mengintepretasi pernyataan Tamrin Tomagola.Â
Apa saja klarifikasi yang disampaikan Thamrin tersebut. Berikut saya sajikan di bawah ini:Â
Pertama, konteks pembicaraan saat itu (tahun 2012, red.) adalah membahas kondisi kehidupan kelompok miskin kota di perkampungan kumuh miskin Jakarta. Kedua, NU dan Muhammadiyah kurang menyambangi, mendampingi, dan meringankan beban kehidupan umat miskin kota dan perkampungan kumuh miskin Jakarta.
Ketiga, kekosongan pendampingan itu kemudian diisi oleh FPI. Keempat, FPI mempunyai konsep "Kiai Kampung" yang pintu rumahnya terbuka 24 jam untuk umat kelompok miskin kota di perkampungan kumuh miskin Jakarta; sama seperti terbukanya rumah para Kiai NU di pedesaan Jawa dan Kalimantan. Kelima, penggunaan kata "rakyat" dan "elitis" sebaiknya ditanyakan sendiri kepada Saudara Pandji.Â
Nah, dari klarifikasi di atas, jelas bahwa Tamrin Tomagola hanya membeberkan "kebaikan" FPI sebatas di wilayah kumuh atau kelompok miskin Jakarta. Atau mungkin saja hanya terjadi di Petamburan. Sebagai basis dari FPI.Â
Jika itu jadi acuannya boleh-boleh saja Pandji utarakan. Mungkin faktanya demikian. Namun, harusnya dia juga menyebutkan batas wilayahnya. Jangan sampai timbul persepsi bahwa Pandji ingin menggiring opini sendiri. FPI itu baik, sementara NU dan Muhammadiyah jelek. Ini bahaya bila masyarakat Indonesia menyimpulkan pendapat Profesor Tamrin tersebut. Padahal, faktanya tidak demikian.Â