Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Masuk Perangkap Jokowi?

28 Desember 2020   10:46 Diperbarui: 28 Desember 2020   11:07 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dipandang dari kacamata politik, situasi ini jelas tidak akan menguntungkan. Prabowo harus bisa menentukan prinsip. Mau sepenuhnya berkiblat pada pemerintah atau kembali jadi oposisi. 

Bila ingin fokus bersama pemerintah, Prabowo dan segenap perangkat partainya harus satu suara. konsekuensinya mereka harus siap-siap ditinggalkan para pendukungnya yang kecewa dan kelompok oposisi. Pun, sebaliknya Prabowo juga kudu siap ditinggalkan koalisi pemerintah bila kembali beroposisi. 

Langkah politik Prabowo saat ini dipandang banyak kalangan berada di persimpangan alias berada di dua kaki. Pemerintah diwakili dia dan Sandiaga Uno. Sedangkan di oposisi diwakili Fadli Zon dan Habiburokhman. 

Dengan sikapnya ini mungkin maksud Prabowo baik. Dia ingin merangkul semua pihak demi kepentingan politiknya. Namun, di mata masyarakat, sikapnya ini justru dinilai mancla-mencle. Akibatnya, sinar Prabowo cenderung meredup. 

Penulis jadi berpikir, jangan-jangan semua ini adalah perangkap atau kejeniusan Presiden Jokowi dalam berpolitik. Wong Solo ini tahu betul apa yang bakal terjadi bila Prabowo tidak dirangkul dalam pemerintahannya.

Bila Prabowo dan Partai Gerindra tetap dibiarkan menjadi oposisi, hampir dipastikan bakal menjadi masalah besar bagi roda pemerintahan Jokowi. Polarisasi dua kubu akan terus terjadi, sehingga rongrongan terhadap kedaulatan negara hampir bisa dipastikan bakal jauh lebih besar daripada yang terjadi hari ini. 

Malah, kemungkinan nama Prabowo pun semakin besar dengan dukungan utuh dari kelompok oposisi. Kemungkinan besar kesempatannya jadi presiden pada Pilpres 2024 terbuka lebar. Rival beratnya, Jokowi sudah tidak mencalonkan diri kembali. Dia hanya akan melawan kandidat lain yang kekuatan popularitas dan elektabilitasnya tak sekuat mantan Gubernur DKI tersebut. 

Nah, Jokowi sepertinya telah bisa menangkap sinyal ini. Dengan kejeniusannya, dia merangkul Prabowo masuk dalam pemerintahannya. 

Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat Presiden Jokowi dalam hal ini. Pertama, kekuatan oposisi tidak akan sekuat sebelumnya. Prabowo sebagai jantung oposisi sudah dalam genggaman. Bahkan, Sandiaga Uno pun telah masuk dalam pemerintahannya. 

Berkurangnya kekuatan oposisi, otomatis rongrongan pun tidak akan maksimal. Kalaupun ada, hanya riak kecil. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Dan, itupun sudah bisa dikendalikan. 

Kedua, Jokowi semakin leluasa untuk menentukan tongkat estafet kepemimpinannya. Sekalipun Prabowo menjadi kuat, tentu tak lepas dari kontribusi Jokowi yang telah merangkulnya bergabung dengan pemerintah. Dengan begitu, setidaknya Jokowi bisa menitipkan segala program kerjanya yang belum beres pada mantan Danjen Kopasus dimaksud. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun