SAAT virus corona menyerang tanah air pada awal bulan Maret 2020, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan seolah mendapat panggung politiknya kembali.
Kala itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut begitu banyak mendapat apresiasi. Tidak hanya dari kalangan masyarakat atau selebritis. Bahkan, seorang Presiden Joko Widodo pun turut memberikan pujian.
Apresiasi dan beragam pujian tersebut tak lepas dari penilaian publik, bahwa Anies dianggap sebagai pemimpin yang tegas dan sigap dalam penanganan wabah virus corona yang berada di daerah kekuasaannya.
Kondisi ini jelas berbanding terbalik saat dirinya dihadapkan pada masalah banjir yang terjadi selama bulan Januari hingga penghujung Februari.Â
Saat itu Anies seolah orang yang paling dimusuhi dan di-bully. Karena dianggap tidak mampu mengatasi masalah akut ibu kota negata tersebut.
Nah, kembali pada kesigapan dan ketegasan Anies dalam hal penanganan masalah pandemi covid-19 ini, membuat popularitas dan elektabilitasnya terkakrol cukup siginifikan.
Bahkan, Lembaga survei Median menempatkan mantan Rektor Universitas Paramadhina Jakarta ini di posisi kedua setelah Prabowo Subianto, sebagai sosok yang memiliki peluang tinggi dalam kontestasi Pilpres 2024 mendatang.
Posisi Anies ini jauh mengangkangi kandidat-kandidat lainnya sesama kepala daerah. Seperti Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil; Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa dan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.
Tak hanya Median, hasil lembaga survei Chatra Politika pun menempatkan elektabilitas Anies lebih unggul dibanding dengan para calon kandidat dari unsur kepala daerah.
Survei yang dilaksanakan pada penghujung bulan Februari tersebut, Anies mendapatkan poling 15,3 %, unggul atas tangga di bawahnya, Ganjar Pranowo yang hanya mendapatkan 10,8%. Sedangkan untuk posisi teratas masih tetap dipegang oleh Prabowo Subianto dengan 19,3%.
Rupanya hasil survei tersebut di atas tidak berbanding lurus dengan hasil survei yang diselenggarakan oleh Indikator Politik Indonesia. Elektabilitas Anies menurut hasil survei yang dilaksanakan medio bulan Mei itu menurun.
Anies yang dalam hasil survei beberapa bulan lalu selalu nangkring pada posisi 19 persenan menurut Median dan Chatra Politika, atau 12.1% menurut Indikator politik turun menjadi 10,4%.
Dikutip dari Merdeka.com, Direktur Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi, menyebut, dalam dua bulan terakhir kepala daerah mendapatkan panggung karena penanganan Covid-19.
"Covid dapat mengubah peta elektoral karena menjadi lahan kepala daerah menunjukan taringnya," kata Burhanuddin dalam pemaparan survei secara daring, Minggu (7/6).
Masih dikutip dari Merdeka.com, kata Muhtadi, hanya saja panggung itu tak selamanya bisa dimanfaatkan dengan baik. Contohnya adalah Anies.
Beda halnya dengan apa yang dihasilkan oleh Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil yang justru naik tingkat elektoralnya.
Elektabilitas Ganjar pada Februari 2020 berada di 9,1 persen. Pada Mei 2020, naik menjadi 11,8 persen. Sedangkan Ridwan Kamil naik menjadi 7,7 persen pada Mei 2020. Padahal pada Februari 2020, elektabilitasnya hanya 3,8 persen.
Dengan demikian, Anies yang sejak awal adanya wabah covid-19 begitu digdaya dengan menuai banyak pujian ternyata tidak mampu mempertahankan posisinya.Â
Boleh jadi hal ini karena pada perjalanannnya Anies tidak benar-benar mampu menangani pandemi covid-19 dengan baik. Terbukti, Jakarta masih merupakan salah satu daerah yang masih banyak ditemukan kasus positif.
Ya, dengan adanya kemerosotan elektabilitas ini bagi Anies yang digadang-gadang calon kuat untuk maju pada Pilpres 2024 mendatang adalah suatu kerugian.
Pasalnya, posisi yang awalnya seolah tak ada saingan berarti dari sisi elektabilitas, kini justru persaingannya makin ketat. Anies harus lebih bekerja keras guna menjaga dan menaikan elektoralnya kembali hingga pada waktunya nanti dianggap figur yang pantas maju pada Pilpres 2024.
Sebab jika tidak, bukan mustahil Anies tidak lagi dilirik oleh partai politik. Karena bagaimanapun dia bukanlah kader partai manapun. Jadi kepastian diusung atau tidaknya tentu saja tergantung dari elektabilitas dirinya. Karena pastinya partai politik tidak akan memaksakan usung Anies jika elektabilitas dirinya terus menurun.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H