Anies yang dalam hasil survei beberapa bulan lalu selalu nangkring pada posisi 19 persenan menurut Median dan Chatra Politika, atau 12.1% menurut Indikator politik turun menjadi 10,4%.
Dikutip dari Merdeka.com, Direktur Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi, menyebut, dalam dua bulan terakhir kepala daerah mendapatkan panggung karena penanganan Covid-19.
"Covid dapat mengubah peta elektoral karena menjadi lahan kepala daerah menunjukan taringnya," kata Burhanuddin dalam pemaparan survei secara daring, Minggu (7/6).
Masih dikutip dari Merdeka.com, kata Muhtadi, hanya saja panggung itu tak selamanya bisa dimanfaatkan dengan baik. Contohnya adalah Anies.
Beda halnya dengan apa yang dihasilkan oleh Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil yang justru naik tingkat elektoralnya.
Elektabilitas Ganjar pada Februari 2020 berada di 9,1 persen. Pada Mei 2020, naik menjadi 11,8 persen. Sedangkan Ridwan Kamil naik menjadi 7,7 persen pada Mei 2020. Padahal pada Februari 2020, elektabilitasnya hanya 3,8 persen.
Dengan demikian, Anies yang sejak awal adanya wabah covid-19 begitu digdaya dengan menuai banyak pujian ternyata tidak mampu mempertahankan posisinya.Â
Boleh jadi hal ini karena pada perjalanannnya Anies tidak benar-benar mampu menangani pandemi covid-19 dengan baik. Terbukti, Jakarta masih merupakan salah satu daerah yang masih banyak ditemukan kasus positif.
Ya, dengan adanya kemerosotan elektabilitas ini bagi Anies yang digadang-gadang calon kuat untuk maju pada Pilpres 2024 mendatang adalah suatu kerugian.
Pasalnya, posisi yang awalnya seolah tak ada saingan berarti dari sisi elektabilitas, kini justru persaingannya makin ketat. Anies harus lebih bekerja keras guna menjaga dan menaikan elektoralnya kembali hingga pada waktunya nanti dianggap figur yang pantas maju pada Pilpres 2024.