SEMENJAK dilantik menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Tohir adalah salah seorang menteri yang "gemar" mereshufle jajarannya.
Telah banyak jajaran pejabat tinggi, dari jajaran Direktur Utama (Dirut), direksi, maupun Komisaris Utama (Komut) yang berada dibawah kementriannya di ganti dengan orang-orang pilihannya.
Hal itu, menurutnya semata-mata guna mampu menata ulang kembali perusahaan-perusahaan pelat merah yang memang banyak diberitatakan tidak mampu menjakankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Salah satu pemecatan yang cukup mendapat perhatian publik, tentu saja saat dirinya memecat Dirut PT. Garuda Indonesia, Ari Akhsara. Pria kelahiran Jakarta ini dipecat karena telah berbuat curang dengan menyelundupkan Motor gede (Moge) merk Harley Davidson dan speda lipat merk Brompton.
Sedangkan dalam hal pengangkatan pejabat tinggi BUMN yang mendapatkan sorotan publik, siapa lagi kalau bukan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok. Saat itu mantan boss Intermilan tersebut menjadikan mantan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai Komut Pertamina.
Dengan segala gebrakan yang telah dilakukan oleh Erick Tohir di kementrian yang dia pimpin membuat apresiasi banyak kalangan. Bahkan, menjadikannya sebagai salah satu menteri dengan kinerja terbaik.
Namun, ternyata dibalik segala ketegasan dan keberaniannya dalam membuat terobosan-terobosan tersebut. Erick Tohir dianggap sebagai salah seorang menteri yang cengeng.
Hal ini karena dalam beberapa kesempatan suka mengaku tidak bahagia menjadi Menteri BUMN. Bahkan ketidak bahagiannya ini tak segan dia ungkapkan langsung terhadap media.
Jauh sebelumnya atau saat Erick Thohir tengah getol-getolnya merombak dan membenahi banyak perseroan yang berada di bawah kewenangannya yang memang tidak selalu berjalan mulus, dia pernah curhat bahwa sering mendapatkan ancaman.
Erick Thohir mengatakan, teror ancaman yang sering diterimanya macam-macam bentuk nya. Namun tak pernah terucap, bentuk ancaman seperti apa yang didapatkannya itu.
Rupanya sering curhatnya Erick cukup mendapat perhatian beberapa kalangan. Salah satunya datang dari Direktur Eksekutif Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi.