MASIH ingat dengan nama Siti Fadilah Supari? Dia adalah mantan Menteri Kesehatan (Menkes) pada zaman kepemimpinan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Namun pada perjalanannya, dokter perempuan ahli jantung ini harus berurusan dengan hukum. Siti divonis empat tahun pernjara oleh majelis hakim tindak pidana korupsi, Jakarta atas tuduhan korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) dan terbukti menerima suap sebesar Rp. 1,9 milyar.
Tidak seperti mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti yang meski sudah tidak lagi menjabat, namanya masih banyak diingat masyarakat. Nama Siti Fadilah, justru seolah tenggelam ditelan bumi setelah dinyatakan bersalah dan mendekam di balik bilik penjara.
Nama Siti baru rada diingat publik, setelah disengaja atau tidak, tiba-tiba mantan Wakil Ketua DPR yang sekarang jadi petinggi Partai Gelora, Fahri Hamzah menulis cuitan di akun twitter pribadinya bahwa Siti dinilai sebagai sosok yang paling tepat guna menangani pandemi virus corona atau covid-19 yang mewabah di tanah air.
Sontak, nama Siti Fadilah Supari kembali mencuat, setidaknya di jagat dunia maya, yang memang saat ini tengah membutuhkan aksi-aksi nyata dan cepat dari pihak-pihak yang berkompenten.
Muncul pertanyaan, apakah maksud Fahri Hamzah ini adalah sebagai refleksi dari ketidak percayaannya terhadap pemerintah, khususnya Menkes Terawan Agus Putranto? Bisa ya, bisa juga tidak.Â
Tapi yang pasti apa yang dicuitkan mantan politisi PKS ini bukan tanpa maksud apapun. Paling tidak, ada langkah-langkah dari para pemangku kebijakan yang boleh jadi tak sejalan dengan arah pikirannya.
Pertanyaan lainnya, kenapa Fahri Hamzah harus menyinggung nama Siti? Padahal dia saat ini tengah menjalani masa hukumannya. Selain itu, bukankah masih ada nama-nama mantan Menkes lainnya.
Mencoba untuk memahami isi pikiran Fahri Hamzah, memang cukup beralasan jika Siti Fadilah dianggap sebagai figur yang tepat untuk memimpin dalah hal penanganan virus corona di tanah air. Mengingat, perempuan kelahiran Surakarta, Jawa Tengah ini pernah memiliki pengalaman menangani wabah flu burung yang terjadi pada tahun 2007 lalu.
Sebagaimana diketahui, Indonesia pernah dihadapkan pada kasus flu burung atau disebut juga H5N1 pada tahun 2005 lalu. Bahkan, WHO sempat menjadikan Indonesia sebagai pusat wabah.
Namun begitu di bawah komando Siti, wabah ini bisa ditangani dengan cukup berhasil. Indikatornya adalah tidak terjadi kasus yang lebih banyak, dan kesadaran masyarakat Indonesia terkait peternakan meningkat.