Lantas, kenapa Adian harus menyindir kedua nama tersebut? Tentu saja dia mempunyai kepentingan kuat.Â
Sebagai kader PDI Perjuangan, tentu saja Adian tidak ingin momentum wabah virus corona ini dimanfaatkan oleh Prabowo dan Anies sebagai ajang "promosi" diri untuk mendapat dukungan dan perhatian publik.
Sebab, jika itu terjadi akan berpotensi mempersempit peluang kader PDI Perjuangan dalam perebutan kursi orang nomor satu di tanah air.
Seperti diketahui, sejauh ini di tubuh partai berlambang banteng gemuk moncong putih tersebut ada dua nama yang sering disebutkan akan diusung. Yaitu Ketua DR RI, Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Celakanya, kedua nama ini belum cukup mampu mengimbangi popularitas dan elektabilitas Prabowo dan Anies.
Setidaknya, hal ini terbukti dari hasil survei Median yang mencatat nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan menempati posisi teratas.
"Tingkat popularitas Prabowo Subianto 93,6 persen. Sedangkan tingkat elektabilitas tertutupnya 18,8 persen," kata Direktur Eksekutif Median Rico Marbun saat diskusi 'Kuda Hitam Capres 2024 dan Persepsi Publik atas Dinamika Sosial Politik. Dikutip dari CNNIndonesia.
Sedangkan berdasarkan konfigurasi elektabilitas per teritorial, Rico mengatakan Prabowo unggul di Banten-DKI Jakarta (34,7 persen); Jawa Barat (25,5 persen); serta NTB-NTT-Sulawesi dan Indonesia Timur (20,6 persen). Ia menuturkan Prabowo unggul di sejumlah pemilih partai besar, seperti Gerindra, Golkar, PPP dan PAN.
"Empat besar alasan publik memilih Prabowo antara lain tegas, berwibawa, berani dan mampu memimpin," tutur Rico.
Masih dilansir CNNIndonesia, Rico menambahkan, dukungan terhadap Prabowo juga berdasarkan andil gerakan 212. Dari 28,8 persen responden yang menyukai gerakan 212, sebagian besar mendukung Prabowo (25,5 persen). Dari instrumen ini, Prabowo hanya kalah dari Gubernur DKI Anies Baswedan yang memperoleh 27,4 persen.