Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Adian Napitupulu: Fokus Covid-19, Menteri dan Gubernur Redam Dulu Ambisi Nyapres!

21 April 2020   16:11 Diperbarui: 22 April 2020   01:32 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Menteri dan kepala daerah yang punya ambisi jadi capres 2024 sebaiknya meredam dulu ambisinya agar rakyat dan negara selamat," katanya. Baiknya menteri menteri dan kepala daerah bekerja fokus dan jangan menjadi penyebar isu," tambah Adian.

Menyikapi apa yang diutarakan Adian, memang kita tidak bisa menutup mata. Selama terjadinya wabah, bukan sekali dua kali terjadi konflik kepentingan diantara para pemangku kebijakan.

Sebut saja, bagaimana Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menginginkan diterapkan katantina wilayah dalam upayanya mematahkan rantai penyebaran virus. Namun, ramai-ramai pihak istana dalam hal ini pemerintah menolaknya. Untuk kemudian diharuskan satu komando dibawah kendali pemerintah pusat dengan penerapan PSBB.

Kemudian, masih berhubungan dengan Anies Baswedan. Mantan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan ini menegaskan selama pelaksanaan PSBB, ojek online dilarang mengangkut penumpang. Hal itu sejalan dengan Permenkes Nomor 9 Tahun 2020 tentang pedoman pelaksanaan PSBB.

Tapi, tiba-tiba Kementrian Perhubungan (Kemenhub) menerbitkan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 18 Tahun 2020, yang ditandatangani Pejabat Ad Interim Menhub, Luhut Binsar Panjaitan. Peraturan ini justru bertentangan dengan maksud dari PSBB itu sendiri. Dalam permenhub, ojol diperbolehkan mengangkut penumpang, meski dengan sejumlah syarat protokol kesehatan.

Dari dua contoh kasus tersebut diatas, sudah bisa membuktikan bahwa diantara para pemangku kebijakan ini tidak ada atau belum terjadi koordinasi dan kesepahaman dalam penanganan covid-19.

Mereka seolah ingin menonjolkan dan berebut pengaruh demi mendapatkan kepercayaan publik. Padahal, seperti diutarakan Adian, dalam situasi sulit seperti sekarang mestinya singkirkan dulu segala konflik kepentingan. Dan, duduk bersama menangani wabah yang sudah menjadi bencana nasional non alam ini.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun