Dalam hal ini, Anies mengatakan lebih baik Pemprov DKI berasumsi penanganan covid-19 memakan waktu lama. Istilahnya, dibutuhkan kebijakan berlebihan daripada kekurangan.
"Lebih baik kami mengansumsikan ini akan panjang. Bila ternyata pendek Alhamdulillah. Tapi bila asumsinya pendek, akan keteteran nanti," ucapnya.
Masih dilansir Kompas.com, Menurut Anies, pelaksanaan PSBB merupakan jawaban agar kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta tidak terus bertambah. Sebab, Anies mengakui, infrastruktur di DKI terbatas.
"Pembatasan ini pasti akan berdampak pada penundaan jumlah kasus, tapi seperti kasus lain perlu waktu untuk mengetahui kebijakan ini berdampak bagaimana. Kami yakin dengan adanya pembatasan bisa menekan tingkat penularan," tuturnya.
Entah berapa lagi waktu yang dibutuhkan Anies untuk bisa menekan laju penyebaran virus corona di wilayah kerjanya. Tentu saja menarik kita tunggu.
Meskipun kita harapkan PSBB ini berjalan efektif dan tidak berlarut-larut. Sebab bagaimanapun jika terlalu lama di berlakukan, akan sangat banyak kerugian yang diderita.
Ya, yang paling banyak dirugikan dalam pemberlakuan PSBB ini tentu saja masyarakat kecil yang bekerja pada sektor informal. Seperti sopir angkot, pedagang kecil, onek online (ojol) atau buruh-buruh harian lepas lainnya.Â
Sebab, banyak sektor-sektor perekonomian atau aktivitas lain yang diberhentikan. Dengan demikian sangat berpengaruh pada penghasilan mereka yang berada pada sektor informal dimaksud.
Bodebek juga Berlakukan PSBB
Selang lima hari DKI Jakarta memberlakukan PSBB, beberapa daerah lainnya pun coba menyusul guna memberlakukan hal serupa.