"Kalau pengurus di setiap tingkatan wajib untuk menjalankan Keputusan DPP Partai Demokrat, kami DPC mengamankan," ungkapnya.
"Kalau tidak mengamankan keputusan DPP Partai Demokrat sanksi terberatnya kami pecat," imbuh Supriyanto.
Namun, bentuk kesungguhan dukungan dari Partai Demokrat ini tidak serta merta diterima Gibran. Pasalnya, dia masih berharap besar dan memilih menunggu keputusan dari DPP PDI Perjuangan.
"Terima kasih untuk dukungannya," ujar Gibran, dikutip dari TribunSolo.com, Selasa (4/2/2020).
"Tunggu nanti dulu saja, tunggu rekomendasi dulu," ungkap Gibran Rakabuming.
Terlepas dari diterima atau tidaknya dukungan dari Demokrat, nantinya. Penulis masih sangat meyakini dalam politik tidak ada istilah makan siang gratis. Segala sesuatu yang diberikan pastilah berharap imbalan atau pamrih.
Pertanyaannya, apa yang diinginkan Partai Demokrat, sehingga mereka begitu serius menyatakan dukungannya terhadap Gibran Rakabuming Raka? Menurut hemat penulis ada beberapa kemungkinan yang diinginkan partainya SBY ini.
Pertama, Partai Demokrat merasa potensi Gibran untuk memenangi Pilwakot Solo sangat besar. Bagaimanapun nama Gibran sudah cukup populer di Kota Batik ini. Tidak hanya populer, kakak dari Kahiang Ayu ini juga boleh jadi akan didompleng oleh nama besar ayahnya yang nota bene orang nomor satu di republik ini.
Dengan demikian, jika akhirnya Gibran bisa memenangi Pilwakot Solo dan Demokrat ikut andil. Baik langsung atau tidak langsung akan mendapatkan keuntungan bagi peningkatan elektoral partai Demokrat. Setidaknya di Kota Solo.
Kedua, bentuk dukungan Demokrat yang begitu antusias boleh jadi adalah cara SBY untuk lebih mendekatkan diri dengan kekuasaan, dalam hal ini Jokowi. Bagaimanapun, Demokrat saat ini memiliki "putra mahkota" yang ada dalam diri Agus Harimurti Yudhoyoni (AHY). Â
Sebagai "putra mahkota" sejatinya mendapatkan panggung politik yang memadai. Nah, panggung itu sendiri bisa didapatkan jika berada dekat kekuasaan. Ingat, take and give dalam dunia politik adalah rumus pasti dan tidak bisa disangkal lagi. Dimana ada dukungan, di sana pula ada harga yang harus dibayar.