Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Prahara Pantai Pangandaran

27 Januari 2020   23:00 Diperbarui: 28 Januari 2020   16:54 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua orang yang sudah tak berbusana itu kaget, lalu bergegas menyambar pakaian masing-masing.

"Siapa kau, apa hakmu mengganggu kesenangan kami?" tanya si pemuda tampan penuh amarah. Lalu secepat kilat melayangkan bogem mentah ke arah wajah Andika.

Untung, dengan berbekal sedikit ilmu silat warisan kakeknya, dia mampu berkelit. Perkelahian keduanya berjalan cukup sengit, sampai pada satu kesempatan, tendangan sabit kaki kanan Andika mampu bersarang tepat di ulu hati pemuda tampan.

"Aaaaaaah." Si pemuda tampan mengerang kesakitan, lalu terjatuh dan pingsan. Sementara si perempuan paruh baya hanya bisa menangis. Tak bisa berbuat apapun, selain pasrah dengan keadaan.

Setelah berhasil meringkusnya, Andika lalu menelepon seseorang. Tak lama berselang, beberapa orang polisi dan masyarakat datang.

Kemudian dilakukan penyelidikan lebih lanjut, kedua orang yang berhasil diringkus itu adalah pasangan sejoli yang mempunyai kelainan seksual, terlebih pihak perempuan. Nafsu birahinya akan muncul apabila sudah bisa menyaksikan adegan mesum pasangannya, untuk kemudian dibunuh.

Sementara korban, termasuk yang ditemukan Andika di bibir pantai timur, adalah perempuan bayaran. Diketahui lebih jauh, korban pembunuhan sadis sejoli ini rupanya cukup banyak, dan menjadi target utama kepolisian.

Andika akhirnya menghela napas panjang. "Ah, lega rasanya. Ini akan menjadi berita besar." Dengan senyum yang dikulum ia beranjak pergi dan menghilang di tengah kerumunan.

TAMAT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun