Aku sadar, hanyalah seorang pengembara yang terjebak pada tempat yang bertuan. Meski tanahnya lapang dan menjanjikan kehidupan di masa depan. Apalah daya, aku tak mampu berbuat banyak, kala si tuan terus menjaganya.
Perlahan, malam menimbun larut di sudut-sudut tempat yang ingin kumiliki. Membuatku makin terbuai angan, bercakap dengan bayang, berdiskusi dengan kenangan dan berdebat dengan impian. Terpaksa, karena tempat pengembaraan itu masih setia pada tuannya.
Haruskah ku akhiri pengembaraan ini? Tidak. Meski aku tahu, rembulan turut bersedih tutupi sinarnya oleh awan-awan duka dan resah perlahan menjalar di sepanjang kenangan.
Ya, masih resah yang itu lagi. Resah yang penuh rindu, resah tak mampu lagi singgah, resah ingin selalu dekat dengannya. Tuan, izinkan aku memilikinya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H