JIKA kita bicara tentang Gubernur DKI Jakarta yang menjabat saat ini Anies Baswedan, tentu saja banyak hal yang bisa diungkapkan. Pintar, cerdas, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Jokowi jilid pertama, mantan Rektor Universitas Paramadina dan masih banyak lagi.
Tapi, tentunya, sahabat K'ners dan siapapun pembaca di luar sana tidak akan bisa membantah jika pria berkacamata ini juga adalah sosok yang pandai beretorika dan mengolah kata menjadi narasi yang hebat.
Untuk skill menyusun kata-kata menjadi narasi yang kerap kali mampu menaklukan lawan bicaranya, Anies Baswedan adalah jagonya.
Coba tengok, kejadian yang pernah jadi viral terkait kontroversinya anggaran pengadaan lem aibon dan beberapa item pengadaan barang lainnya yang dibuka oleh oleh anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), William Adhitya Sarana beberapa waktu lalu.
Dengan entengnya, Anies membela dirinya dengan mengatakan, bahwa kejadian tersebut terjadi akibat sistem e budgeting yang digagas gubernur sebelumnya tidak smart.
Meski pada akhirnya pernyataannya ini sempat menimbulkan perdebatan, nyatanya Anies masih mampu menepisnya. Malah, sebaliknya, William justeru divonis bersalah oleh Badan Kehormatan (BK) DPRD DKI Jakarta karena dianggap telah melanggar tata tertib karena telah mengungkap Rencana Anggaran DKI Jakarta tahun 2020 yang janggal.
Contoh lain yang menjadi bukti bahwa Anies pandai memainkan narasi adalah saat terjadi bencana banjir awal bulan atau bertepatan dengan datangnya tahun baru 2020.
Dalam hal ini telah terjadi silang pendapat antara Anies dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono.
Kala itu, Basuki mengatakan bahwa penyebab banjir di hampir seluruh Kota Jakarta adalah belum sepenuhnya dilakukan normalisasi di Sungai Ciliwung.
Namun demikian, Anies segera menepis anggapan Basuki tersebut. Menurutnya, meski Sungai Ciliwung sudah dinormalisasi, banjir tetap saja terjadi pada bulan Maret 2019 lalu.
Disebutkan Anies, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pengendalian air sebelum masuk ke Jakarta