Perseteruan PKS Dengan Gelora
Kembali menyikapi, pernyataan Andi Arief tentang partai Gelora yang dianggapnya sebagai Gelanggang Orang Rapuh memang menarik kita cermati.
Sebagaimana diketahui, partai yang didirikan pada 28 0ktober 2019 ini adalah partai yang pengurusnya dianggap sebagai barisan sakit hati (BSH) dari PKS. Wajar, karena di partai ini ada figur-figur penting mantan kader PKS. Sebut saja Anis Matta yang kini menjabat Ketua Umumnnya dan Fahri Hamzah yang dipercaya jadi Wakil Ketua Umum.
Karena status Anis dan Fahri mantan PKS lah, belakangan diisukan bahwa kader-kader PKS yang seidielogi dengan keduanya akan exvansi ke partai Gelora. Hal ini sedikitnya membuat para petinggi PKS gerah. Bahkan mantan Presiden PKS, Tifatul sembiring sempat mengeluarkan pernyataannya.
Seperti dilansir Detiknews.com, Tifatul meminta partai Gelora tidak mengacak-ngacak kader PKS.
"Bagi saya kalau mereka buat partai baru ya monggo. Tapi jangan ngacak-ngacak lagi di sini," ujar Tifatul di sela-sela Rakornas PKS di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (14/11/2019).
Tifatul mengatakan setiap kader mempunyai hak masing-masing. Namun jangan sampai ada di antara kader yang mendua.
"Kita lihat saja nanti, cuman kami harapkan jangan sampai, bagi saya pilihan bebas tapi kalau sudah memilih silakan keluar dari PKS. Jangan istilahnya mendua itu. Terus merekrut kader-kader di dalam,"Â kata dia.
Menarik memang perseteruan kedua partai ini. Yang satu ingin mencoba mempertahankan eksistensi partainya. Apalagi saat ini PKS berada di luar pemerintahan sebagai opisisi yang sudah barang tentu membutuhkan soliditas dari seluruh kadernya. Sementara di sisi lain, partai Gelora yang masih baru juga butuh pengakuan dan kekuatan agar partainya bisa lebih maju dan berkembang. Untuk itu, mereka pastinya butuh kader partai yang mumpuni dan sudah berpengalaman di partai politik.
Tentunya, dalam politik sah-sah saja jika partai Gelora mencoba merekrut pengikutnya yang ada di PKS maupun "membujuk" kader partai lainnya. Mereka pasti telah belajar dari pengalaman  partai baru lainnya yang gagal masuk parlemen pusat karena gagal memenuhi ambang batas parlemen (parliamentary threshold), seperti PSI, Partai Berkarya maupun PKPI.
Wassalam..