Namun, sindiran itu muncul lagi. Kali ini justeru datang dari Presiden Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara hari ulang tahun Golkar ke-55, di Hotel Sultan, Jakarta.
Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi sempat menyindir Surya Paloh tentang pertemuaannya dengan Presiden PKS, Sohibul Iman. Jokowi menyebut, bahwa wajah Ketum Nasdem itu terlihat lebih cerah pasca pertemuan dengan Sohibul.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu juga menilai pertemuan antara Surya Paloh dan Sohibul sangat cair. Dia sendiri tidak mengetahui arti dari pertemuan tersebut. Tidak hanya itu, Jokowi juga menyinggung tentang rangkulan Surya Paloh dengan Sohibul yang dianggapnya begitu harmonis dan hangat. Sesuatu yang justru tidak pernah dirasakan Jokowi sebelumnya.
Seloroh ini banyak dianggap banyak kalangan sebagai bentuk sindiran Jokowi terhadap manuver Surya Paloh, sekaligus meminta kejelasan sikap Nasdem. Namun, belakangan dibantah pihak Istana, bahwa pernyataan Jokowi tersebut hanya guyonan biasa. Apa dikata, meski diakui hanya guyonan biasa, rupanya dianggap sentilan pedas oleh Nasdem.
Puncaknya, sindiran tersebut dibayar lunas oleh Surya Paloh, pada saat pidato pembukaan Kongres II Nasdem di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Dalam kesempatan itu, Surya Paloh dengan tegas mengatakan tentang adanya partai yang mengaku pancasilais dan nasionalis tapi berprilaku sinis dan sarat dengan rasa curiga, serta ada partai yang berkoar tentang kemajuan namun bersikap konservatif.
Menurut pria berjambang lebat itu, saat ini rakyat membutuhkan bukti nyata. Kalau ternyata masih ada partai yang berprilaku sinis dan melakukan propaganda kosong adalah bukan partai pancasilais.
Sedangkan menyinggung tentang rangkulannya dengan Sohibul Iman, Surya Paloh juga menyebut, bahwa partai pancasilais adalah partai yang merangkul dan bersalaman dengan temannya. Dalam hal ini, menurutnya, partai pancasilais harus memiliki sikap rendah hati, serta bisa merangkul teman atau bersalaman, bukan malah memusuhinya.
Kontan saja, pernyataan Surya Paloh ini juga memantik reaksi beragam. Bahkan, beberapa pengamat menilainya, sebagai balasan atas sindiran PDI Perjuangan dan Jokowi. Namun, dasar politik, hal ini pun dibantah keras pihak Nasdem.Â
Menurut pihak Nasdem, sindiran itu tidak ditujukan pada partai tertentu yang ada di koalisi pemerintah. Melainkan ditujukan pada pihak-pihak yang bersikap sinis dan curiga pada Partai Nasdem.
Lucu memang para elite politik di negeri ini. Ibarat kata, berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab. Sama halnya dengan mereka, berani saling sindir namun tidak pernah mau mengakuinya. Segala hal selalu diantisipasi dengan argumen-argumen politis, mengira publik akan percaya.