JIKA mencermati konstelasi politik tanah air dalam beberapa waktu terakhir, patut diakui sarat dengan peristiwa-peristiwa di luar dugaan banyak pihak. Jangankan masyarakat awam, pengamat kaliber nasional sekalipun mungkin tak pernah menduga sebelumnya.
Siapa yang menyangka, Partai Gerindra yang sebelumnya sebagai rival utama partai pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin, tiba-tiba berubah haluan dan bergabung pada pemerintahan. Bahkan tidak kepalang, partai berlambang kepala burung Garuda ini diberi porsi kekuasaan di Kabinet Indonesia Maju (KIM).
Peristiwa politik di luar dugaan lain juga terjadi pada partai Nasdem yang tiba-tiba menjalin pertemuan "mesra" dengan sejumlah elite Partai Keadilan Sosial (PKS), di kantornya. Padahal, Nasdem adalah salah satu partai pendukung pemerintah.
Banyak spekukasi dan tanggapan yang muncul dengan adanya pertemuan kedua partai yang bersebrangan arah politiknya tersebut, tergantung dari sudut pandang mana dalam menyorotinya.
Dampak dari perubahan arah politik yang begitu cepat dan tak terduga ini berujung pada saling sindir antar elite partai.
Kebetulan tadi pagi di acara berita pagi Metro TV, penulis menonton Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh. Pria berjambang lebat ini berpidato di depan para kadernya dengan durasi cukup lama, pada acara pembukaan Kongres Nasdem II yang dihelat mulai tadi malam, di JI Expo Kemayoran, Jakarta Pusat. Maklum, toh Metro TV tersebut adalah miliknya sendiri.
Namun, bukan masalah kepemilikan Televisi swasta nasional itu yang akan penulis bahas. Melainkan isi pidato dari pria kelahiran Aceh tersebut.
Seperti biasa, gaya pidato Surya Paloh selalu menggebu-gebu dengan suara agak beratnya. Namun kali ini, dari gestur tubuh dan lontaran-lontaran kalimat yang diungkapkannya seperti ada rasa emosional yang ditahan.
Bukan maksud menghakimi atau menjastifikasi, memang cukup beralasan jika beragam media online memberitakan bahwa pidato Surya Paloh itu sarat dengan sindiran dan nada-nada kekecewaan terhadap salah satu partai politik yang dianggapnya tidak bisa menerima dan sinis terhadap pertemuannya dengan PKS, tempo hari. Seperti diketahui PKS adalah salah satu partai oposisi selain PAN dan Demokrat.
Kembali pada pidato Surya Paloh, dengan tanpa menyebutkan nama partainya, bos media ini mengatakan ada partai yang sarat dengan rasa curiga tetapi malah mengaku sebagai partai nasionalis dan pancasilais.
"Saat ini rakyat membutuhkan pembuktian partai mana yang menjalankan nilai-nilai pancasilais. Kalau partai sinis, propaganda kosong pasti bukan partai Pancasila itu. Saya tantang partai tersebut bahwa sebenarnya rakyat membutuhkan pembuktian, mana sebenarnya partai yang menjalankan nilai-nilai pancasila," tegasnya.