Saat mataku terbuka, cahaya mentari belum tampak menyapa
Hanya embun pagi bergelayut mesra diujung hijau daun
Memaksaku memungut serpihan aksara yang berceceran di seisi benak dan hatiku
Lalu kurajut jadi bait puisi indah, seindah jingga senja di kala permisi tinggalkan siang
Untukmu yang di sana, ketahuilah serpihan aksara dalam benak dan hatiku
Adalah cerminan segala indah yang ada dalam dirimu
Jangan ragu kalau aku bungkam, karena ucapku dibungkam dengan goresan kata
Ya, kata-kata puja dan rindu akan dirimu yang selalu terhalang jarak dan waktu
Untukmu yang ada di sana, kala senja tiba, rona bayangmu tampak pada indahnya jingga
Sejauh mataku memandang, rona wajahmu seperti lembayung yang indahnya taklukan cakrawala
Karena engkau adalah syair indah itu yang serpihan aksaranya selalu erat dalam jiwa
Percayalah, kala senja permisi disambut malam yang menyendiri, serpihan aksara ini selalu untukmu.
Sumedang 22 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H