Kedua, apa yang disampaikan Adian pada sejumlah pewarta tentang penolakan atas penawaran Jokowi, sebenarnya hanya bahasa malu-malu Adian saja. Karena tidak ingin di cap politisi balas jasa. Dia sengaja melontarkan bahasa penolakan dengan harapan mendapat simpati berbagai fihak. Bola ini terus dia mainkan untuk memperkuat citranya sebagai politisi militan terhadap partai. Sekalipun akhirnya dia menerima jabatan menteri, dengan mudahnya dia bisa berkelit, kalau itu semua atas permintaan sungguh-sungguh presiden. Satu lagi, alasan yang kemungkinan besar dilontarkannya, bahwa dia tidak bisa menolak tawaran presiden jika sudah dikaitkan dengan kepentingan bangsan negara. Â
Namun, apapun dalihnya, malu-malu mau Adian menjadi menteri bakal kelihatan. Bahwa ujung-ujungnya jabtanlah yang dikejar seorang politisi.
Lantas, jabatan menteri apa yang cocok untuk Adian?...Untuk hal ini, penulis tidak bisa mengira-ngira. Namun jika menilik dari penuturan Pengurus Kelompok Kerja (Pokja) Perhutanan Sosial Bidang Komunikasi dan Advokasi, La Ode Mangki kepada Jpnn.com, Adian sangat cocok ditempatkan jadi Menteri Agraria.
La Ode, menilai, ada sejumlah permasalahan di bidang agraria yang diyakini nantinya mampu ditangani Adian dengan baik. Terutama yang berkaitan dengan konflik agraria, antara masyarakat kecil dengan perusahaan-perusahaan besar.
Benarkah instuisi La Ode tersebut?...Tentunya, semuanya menjadi kewenangan Presiden Jokowi. Karena itu merupakan hak prerogatif dirinya. Namun, apapun jabatannya, Adian mampu menjalankan amanat tersebut dengan baik dan berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa dan negara. Wassallam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H