Wahai malam, kuucapkan selamat datang kembali
Kerlip bintang masih hiasi pekat langitmu bagai jelaga
Sedangkan sang rembulan enggan pamerkan seluruh sinarnya
Karena sang dewi masih duduk di pembaringan ujung langit
Wahai malam, dengarkan kesahku, bukalah telingamu lebar-lebar
Bahwa tadi ketika senja pergi ditelan olehmu
Aku sedikit terusik dengan dengungan para anak negeri yang kurang beradab
Mengoyak jiwa, mendobrak akal sehat dan menyesatkan alam fikiran
Wahai malam, dalam haribamu kuingin rehat sejenak
Hati dan tubuh ini sudah terlalu penat dengan segala kepalsuan
Netraku telah terlalu berat tuk menatap segala drama
Mulutku kelu tak mampu lagi berdebat dengan sebongkah hati penuh nista
Wahai malam, izinkan aku tertidur, agar segala masalahku hancur lebur menjadi abu
Biarkan aku terlelap nyenyak dalam pangkuanmu di saat mimpi indah temani dengkurku
Ya hanya dengkur, bukan dengung yang menyesatkan anak seisi negeri
Tak usahlah kau risau, tak perlu kau memantau, karena tidurku damai..karena tidurku tak mengandung iri dengki...
Sumedang, 11 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H