Sahabat muncul seperti kristal yang muncul diantara hamparan pasir hitam yang disapu ombak.
Awalnya tidak terlihat, setelah ombak menyapu, maka terpancarlah kilauan kristal itu.
Sahabat tidak muncul dari teman, tidak juga dari rekan, ia murni muncul dari hati yang paling suci. Dan kemunculan sahabat adalah setelah atau ketika hamparan pasir itu disapu ombak.
Ketika dirimu jatuh, tersungkur, hancur maka saat itu baru kelihatan mana yang hanya pasir hitam dan mana yang kristal.
Itu yang kualami saat ini. Ketika aku tersungkur, hancur baru kulihat, semua hanya pasir hitam.
Orang-orang yang ku kenal dekat, sering bercanda, saling membulli, lalu menertawakan bulian itu, hingga tergabung dalam group-group  whatApp, orang-orang yang biasa  bercanda, apakah mereka sahabatku? Bukan, mereka hanya orang-orang yang kebetulan kenal denganku.Â
Doa-doa yang mereka tulis di WA, bukanlah senandung doa-doa yang dipanjatkan untukku, itu hanya tulisan copy  paste agar terlihat simpatik, sementara hati dan lisan mereka tidak ada yang terucap doa.
Orang-orang yang menjengukku, apakah mereka sahabatku? Bukan, mereka bukanlah sahabatku, mereka hanya temanmu yang sudah melupakanmu  ketika mereka keluar melewati pintu kamar bangsalmu.
Oh mungkin sahabatku adalah orang-orang yang tiap pagi bersamaku, bercanda, saling cerita sampai masalah keluarga, saling berbagi, mereka yang sudah seperti keluarga.
TIDAK...!, mereka bukan sahabatku, mereka hanya rekan kerjaku, mereka peduli denganku hanya ketika menguntungkan bagi mereka. Mereka sama sekali tak peduli denganku, mereka sudah melupakanku dihari pertama diriku tidak masuk kerja.Â
Mereka sudah kembali tertawa haha hihi tanpa diriku, keberadaanku yang bertahun-tahun seakan tidak pernah terjadi, dan seandainya ada yang mengingatku, mereka hanya akan mengingat kesalahan dan keburukan yang pernah ku lakukan.