Mohon tunggu...
elang likaytanjua
elang likaytanjua Mohon Tunggu... -

Aku hanyalah aku dengan apa adanya diriku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Zombie-zombie

12 November 2018   20:58 Diperbarui: 12 November 2018   20:58 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teruntuk anakku Elang Likaytanjua dan generasi muda Indonesia

Lihatlah anakku orang-orang itu, yang tiap pagi turun diaspal beradu kecepatan dan berantrian di persimpangan lampu merah, atau mereka yang yang berjejal-jejal di angkutan, di terminal dan dalam kereta, mereka adalah orang-orang yang terjebak rutinitas harian, lihatlah wajah-wajah mereka yang datar dingin tanpa ekspresi dan tanpa senyuman, lihatlah wajah orang-orang itu seperti zombie, mereka hidup tapi seperti tidak hidup, mereka hidup seakan hanya menunggu sayap-sayap kematian merenggutnya... 

Bangkitlah anakku, singkirkan gadgetmu, turunlah lekas dari pangkuan ibumu, berkemaslah untuk mudamu, bentangkan sayapmu lalu terbanglah tinggi di langit Nusantara, basuh mukamu dengan air terjun Sigura-gura, basuh kakimu dengan busa air laut Gili Trawangan dan mandilah dilautan bersama orang-orang suku Bajau, Sarapanmu dibawah jembatan Ampera dan kopimu ada di Tana Toraja, lalu carikan bapak buah Bangkinang bersama suku anak dalam, dan mandilah di Wakatobi, tidurlah bersama bintang dan milkyway di puncak Mahameru, lalu teriaklah sekencang mungkin di puncak Rinjani. Bawakan bapakmu segenggam pasir kawah Ijen dan secangkir salju dari puncak Jaya...

Inilah cuilan syurga yang tersempal di dunia, jelajahilah di masa mudamu, Nusantara adalah negeri para Dewa, temukan selendang bidadari yang tersebar di puncak gunung-gunungnya atau cawan suci yang tersimpan dalam gua-guanya.

Terbanglah anakku... cukup penyesalan ada di bapakmu yang tidak sempat berpetualang menelusuri indahnya bumi pertiwi menikmati dan menjelajahi sejuta kebudayaan dan menyusuri rimbunnya belantara jantung dunia, kini bapakmu hanyalah salah satu dari zombie-zombie itu, yang tiap pagi menyusuri aspal dengan wajah datar tanpa ekspresi, terjebak dengan rutinitas harian yang membosankan, mengais-ngais rupiah yang tidak seberapa hanya untuk bisa bertahan dalam himpitan kebutuhan kehidupan yang tiap hari semakin membutakan...

Bapak akan duduk diteras menunggumu datang untuk menceritakan petualanganmu menjelajahi Nusantara....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun