Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Abadi

7 Juli 2011   09:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:52 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13100296461269933919

Sepasang kekasih tengah duduk di tepi pantai. Memandang laut dan menatap surya yang mulai tenggelam. Tangan sang lelaki memeluk erat sang wanita. Dan sang wanita, meletakkan kepalanya dibahu lelaki sambil menangis bahagia. **** “Bu Karin…menurut hasil test lab…” “Maaf dok…saya masih gadis” ucap wanita bernama Karin “Maaf…apakah saudari punya keluarga dekat saat ini” “Saya tinggal sendiri dengan adik saya dokter...orang tua kami sudah meninggal” “Baiklah..menurut hasil dari test laboratorium kami...anda positif..” Kulihat wajah cantik pasienku ini memucat…perlahan airmatanya menetes. Karin terlihat begitu sedih dan aku hanya bisa terdiam. Kemudian…. **** Awalnya,hubunganku hanya sebatas dokter dan pasien.Dengan seringnya Karin datang untuk konsultasi, membuat  aku semakin dekat dengan Karin. Aku mulai masuk dalam kehidupan Karin, mengenalnya dan kemudian jatuh cinta padanya. Ahh..rasa cinta yang masih kupendam, biarlah suatu saat nanti Karin akan mengerti. Karin tinggal hanya berdua dengan adiknya yang masih kecil, Dhimas namanya. Bersama mereka, aku merasa menjadi sebuah keluarga, sebuah keluarga seperti yang aku impikan. Saat Karin bekerja, aku sering menemani Dhimas di rumah. Banyak hal yang bisa kami lakukan, mulai dari bermain, belajar atau sekedar memasak untuk makan malam kami. Terkadang kami berdua jalan untuk menemani Dhimas saat libur sekolah. Keromantisan yang kurasakan, bukan lagi hanya tentang sepasang kekasih tetapi ini keromantisan sebuah keluarga dan aku menjadi ayahnya. Aku tahu kalau Karin sebenarnya mencintai diriku.Bisa kulihat dari tatapan matanya. Dan rasa itu tak bisa lagi kutahan. **** “Kamu sudah yakin Lang dengan keputusan kamu?” “ Aku yakin Rin…aku mencintaimu dan juga Dhimas…menikahlah denganku Rin” pintaku. ”Aku mencintaimu Lang…tetapi, bukankah kau mengerti jika aku takkan bisa membahagiakanmu” “Aku tak perduli Rin…ini bentuk tanggung jawabku atas cinta..walau sesaat bersamamu,aku rela..dan tak akan kutukar waktu bersamamu dengan yang lain” Lalu Karin meletakkan kepalanya dibahuku sambil menangis bahagia. Dan aku menjadi lelaki yang paling bahagia. **** Rumah kecil ini aku perbaiki.Kubersihkan halamannya lalu aku mulai mengecat dindingnya. Disini, aku akan tinggal bersama Karin dan Dhimas setelah menikah nanti. Kulihat Dhimas sedang membantuku mengumpulkan sampah untuk dibuang di halaman belakang. Sedangkan Karin…dia sedang memasak buat kami di dapur. Tak lama kemudian…tiba tiba “Mas Elang..Tolong !!” terdengar teriakan Dhimas dari belakang rumah. Aku segera berlari kebelakang dan kulihat Karin terbaring pingsan disamping Dhimas yang menangis. Segera kubopong Karin, kubawa ke rumah sakit secepatnya. “Ya Tuhan…jangan sekarang” batinku menangis. **** Aku dan Dhimas menunggu dengan cemas di ruang tunggu ICU. Karin sedang mendapatkan perawatan disana. Dan tak lama, dokter Bagas , rekan sejawatku memangil. “Sudah sangat parah Lang, kankernya sudah menjalar kemana mana..entah apa yang membuatnya bertahan selama ini” “Benar Gas, pengobatan dan terapi yang kita berikan hanya bisa menghambat bukan untuk menyembuhkan, terimakasih ya Gas” ucapku pada Bagas. Ruangan ICU terasa dingin sekali.Perlahan kudekati Karin yang terbaring lemah. Kuberikan senyuman untuknya, kugenggam erat tangannya..menguatkan jiwanya. Tapi tubuh Karin terlalu lemah…perlahan dia berkata “Elang…aku sudah tidak kuat lagi…maafkan aku..maaf..” suara karin semakin melemah Lalu karin berbisik di telingaku…dan aku hanya bisa menangis. Sampai akhirnya para dokter kembali melakukan tindakan darurat. **** Rumput itu masih terasa basah. Dan sepasang kekasih itu masih disana. Sang lelaki masih memeluk dengan erat. Tangannya tak lepas dari nisan sang wanita. Perlahan dikecupnya nisan itu lalu berkata “Akan kujaga Dhimas demi kita” **** Elang Langit, Juli 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun